Sunday, January 19, 2003
Yang Penuh Kerendahan

Posting oleh Irfan Rosidi

assalaamu'alaikum warahmatullaah wabarakaatuh

Adalah Dzul Tua tempat dimana saat itu seorang lelaki agung, duduk membungkuk diatas untanya hingga jeggot panjangnya hampir menyentuh punggung untanya mengenakan sorban hijau tua, ia menundukkan kepalanya penuh ketawadhu'an di hadapan Rabb-nya karena hari itu sebuah kemenangan besar diraihnya(al fath) 8 tahun setelah meninggalkan Makkah. Kini ia sudah bisa merebutnya kembali tanpa peperangan ..

Kemenangan yang dijanjikan itu telah tiba. Lelaki agung itu membaca surat AlFath berulang ulang dengan suara yang merdu. Kemudian ia berkata "Seandainya orang orang tidak berkerumun di sekitarku, niscaya aku akan membacanya berulang ulang"

Keberhasilan itu tak membuatnya mabuk kepayang tapi semakin menjadikannya bertambah dekat dengan Rabb nya tak ada gelak tawa tak ada khamr tak ada wanita tak ada tepukan
dadda yang ada hanyalah airmata kebahagiaan, puji syukur kehadirat Allahu Rabbil izzati.

"Hadza min fadli Rabbi" begitu seharusnya setiap orang beriman berkata jika ia mendapat suatu ni'mat dan keberuntungan ini semua adalah karunia Rabb kami dan atas izin Allah semata.

Bagaimana anda menyatakan kemenangan ? keberhasilan ? keberuntungan yang anda
dapat? apakah anda meloncat loncat kegirangan tanpa ingat ALlah ?
atau anda berjalan cepat menuju kawan kawan anda dan mengajaknya makan makan?
atau kemudian menepuk dada sambil berkata "siapa dulu ??"
atau apakah anda adalah mereka yang ketika mendapat sesuatu menyungkurkan dahinya diatas tanah dan mensyukurinya ? mengucapkan alhamdulillah menyampaikan terimakasih dan sellalu mengingat ni'mat pemberian Allah tersebut ?

Rasanya kita ingin jadi yang kedua dan memang begitulah seharusnya karena memang sepantasnyalah kita memberikan segala pujian itu kepada ALlah karena atas perkenannyalah kita bisa mendapatkan segalanya saat ini istri shalihah karir yang baik lingkungan yang menyenangkan anak-anak yang berbakti, lulus kuliah, menyelesaikan suatu maslah dll
Semuanya adalah atas rahmat ALlah tak sepatutnya kita membangggakan diri dan menepuk dada.

"Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri " (QS 57 23)

Sahabat, saya punya seorang kawan yang tak pernah mau diberi ucapan selamat, katanya
"Rasul tak pernah memberi ucapan selamat melainkan doa ia jarang mau dipuji ia selalu memantulkan pujian itu kepada yang memujinya dan mengembalikannya pada Allah" subhanallah ..

Bukan hanya ketika mendapat suatu kenikmatan ketika mendapat musibah tidak memperoleh yang kita inginkanpun seharusnya kita tidak terlalu bersedih kita tak sepatutnya putus asa terhadap apa apa yang luput dari kita karena bisa jadi ketika kita mendapatkannya justru kita tidak mampu mengembannya dan Allah Maha Tahu mana yang terbaik buat hambanya "Bisa jadi yang kamu anggap baik itu buruk bagimu, dan bisa jadi apa yang kamu anggap buruk itu, baik bagimu"

"Sungguh menakjubkan urusan kaum mu'minin itu, dan itu tidak terjadi kecuali hanya kepada orang mu'min, jika ia mendapatkan suatu kenikmatan, maka ia bersyukur, dan itu baik baginya, jika dia mendapat musibah, maka dia bersabar dan itupun baik baginya" (Al Hadits)

Mungkin sekarang saatnya kita raaji'(mengembalikan) segala sesuatunya kepada Allah semata karena kepasrahan dan ketergantungan total pada Allah adalah sumber kekuatan biar Allah yang melindungi anda, biar ALlah yang menolong anda, biar Allah yang menjaga anda tapi tentu saja anda harus terlebih dahulu menjaga segala sesuatu yang seharusnya dijaga.

-------
Anekdot..
"oee ..oeee.. oeee .."
"Sang ayah kebingungan melihat si kecil Shofa menangis", ia tak tahu mengapa sang umi tersenyum, diambilnya Shofa, dan disusuinya sang umi mengerti bahasa anaknya yang lemah.

"Eh, shofa kecil belum mandi yah" kata Wafa kakaknya.
"Eh .. Wafa dong yang belum mandi, Sofa udah cantik cantik begini kok", bela sang umi
Iyah .. sang bayi yang tidak tahu apa apa itu hanya bisa menangis dan terdiam. Sang umi lah yang menjaga dan membelanya ...

Bisakah anda jadi bayi dihadapan Allah? yang hanya meminta sesuai kebutuhan saja? yang menyerahkan segala sesuatu pada Allah ?

Mungkin inilah yang disebut fithrah, kembali seperti bayi, bukan bertingkah seperti bayi, tapi meniru sifat bayi hanya meminta sesuai kebutuhan, melepaskan semua keinginan dan pasrah total kepada perlindungan Allah semata ...

Allahu a'lam
wassalaamu'alaikum warahmatullaah wabarakaatuh
from the desk of Hilal


Photobucket - Video and Image Hosting



 
   
 
Pengajian Assyifa December 19, 2001
Daisypath Ticker