Monday, February 28, 2005
Si Kecil yang Istiqomah
Kini usianya sudah hampir sebelas tahun. Hari-harinya terlalui dengan penuh keceriaan khas anak-anak. Kegiatan masih berkisar antara sekolah, belajar, dan bermain. Sesekali diwaktu senggang ia telah terbiasa membantu menyelsaikan pekerjaan rumah tangga: cuci piring, membersihkan lantai, seterika baju dan menata tempat tidurnya sendiri setiap hari.
Ia sangat ingin memiliki seorang hingga empat orang adik, namun sampai saat ini Allah belum jua berkenan mengabulkan keinginannya. Ia jadikan anak-anak kawan yang sering ditemuinya sebagai adik-adiknya. Diasuh, disuapi, digendong, dan dibacakannya berbagai cerita. Anak-anakpun demikian akrab dan selalu merindukan pertemuan dengannya. Semoga suatu hari nanti, Allah berkenan memberikan adik untuknya, amiin.
Sampai diusianya yang sekarang ini, ia telah memasuki empat SD karena tugas ayahnya yang berpindah-pindah. Mulai dari sebuah SD negeri di Bandung, SDIT di Solo, kemudian SD negeri lagi di Jakarta, dan sekarang SD Jepang. Ia selalu tampil dengan busana khasnya, busana muslimah yang telah ia kenakan sejak dalam buaian. Setiap keluar dari rumah. Baik keluar untuk main, ikut ke pasar, apalagi pergi ke sekolah. Walau di sekolahnya yang sekarang tak satupun kawannya mengenakan busana yang sama, karena mayoritas non muslim. Hanya ada dua orang anak muslim di sekolah itu. Sebelum masuk sekolah kami sempat khawatir, tidak ada sekolah Jepang yang mau menerimanya. Namun alhamdulillah, Allah Yang Maha Pemurah mengulurkan kasih sayang-Nya. Sekolah yang kami hubungi demikian toleran. Bukan hanya busana yang boleh berbeda, tapi sampai ke hal-hal kecil sekalipun yang kami anggap tak sesuai dengan Islam boleh ditinggalkan. Maha Besar Engkau Ya Allah Yang Maha Agung. Pertanyaan demi pertanyaan sekitar busana mengawali hari-harinya di sekolah. Kebanyakan kawannya menanyakan apa alasannya memakai pakaian demikian. Dan hanya satu jawaban yang selalu dia katakan "karena saya seorang muslim". Bila pertanyaan berlanjut "apa sebabnya seorang muslim harus berpakaian seperti itu?" dia jawab: ini adalah peraturan Islam, dan tak boleh dilanggar, jadi tidak ada alasan untuk tidak memakainya.
Hingga akhirnya pertanyaan pun terhenti. Kini, ia begitu leluasa dengan pakaiannya. Saat musim dingin menggigit tulang, hingga di saat musim panas yang demikian menyengat. Saat pelajaran biasa di kelas, hingga saat harus mengikuti pelajaran berenang di sekolah, ia bertahan dengan busananya. Sedikit demi sedikit iapun telah mencoba mengajak kawan muslimnya untuk mengenakan pakaian yang sama. Ia nasehati kawannya, ia berikan semangat padanya untuk ikut serta mengenakan busana muslimah kesukaannya. Di awal masuk SD, dalam usia yang masih sangat belia (4 tahun 8 bulan) ia telah berusaha meyakinkan kawannya untuk berbusana muslimah kembali seperti ketika di TK Islam sekolah asalnya. Dua kawan yang sempat merasa takut, kembali memakainya. Beberapa ibu tetangga rumah pun akhirnya berpakaian muslimah setelah melihatnya, dengan mengatakan "malu sama anak kecil. Anak kecil saja pakai, masa saya yang sudah tua dan banyak dosa gini nggak pakai." Semoga Allah SWT menjadikannya ikhlas, bukan hanya karena malu sama anak kecil. Amiin.
Pernah suatu ketika, teman sepermainannya yang senang berpakaian serba minim mengejek --pakai pakaian yang panjang-panjang bikin ribet, nggak bebas bergerak-- dengan tegas dia katakan, "harusnya mbak juga pakai pakaian muslim seperti saya, mbak kan anak muslim juga. Aku malu lihat mbak dengan pakaian seperti itu". Seorang kawan mainnya yang lain begitu terkesan dengan nasehatnya, hingga akhirnya iapun mengenakan busana muslimah. Dan bahkan meminta kepada orang tuanya untuk pindah sekolah ke sekolah yang sama. Robb, bimbinglah ia senantiasa. Agar ia tetap istiqomah setiap saat, dimana saja ia berada dan dalam kondisi apa saja. Amiin.
Labels: artikel