|
Manusia yang Mengeluh
Artikel dari Ustad Joban MENGELUH, sebenarnya memang sifat alami manusia, sangat manusiawi, dan diperbolehkan… tidak ada larangan untuk mengeluh! Tetapi, seringkali diantara kita ini, sebagian besar TIDAK MAU BELAJAR dari pengalaman kesulitannya. Semua orang pasti punya masa lalu, ada yang baik dan ada yang buruk. Nah, masa lalu yang buruk ini semestinya jangan menjadi beban, tetapi jadikanlah itu suatu pengalaman dan pelajaran kehidupan. Saya ingin mengingatkan kepada kita semua, tentang sabda Nabi Muhammad SAW, yang sudah sejak awal memberikan nasihat, agar kita MENJAGA LIMA HAL, SEBELUM DATANG LIMA HAL lainnya, yang menjadi KEBALIKANNYA, sebagai berikut: Masa muda, sebelum datangnya masa tua. Kesehatan, sebelum sakit. Kekayaan, sebelum kekurangan. Waktu luang, sebelum kesempitan. Kehidupan, sebelum kematian. Nah, sebagian dari kita ini, lebih sering dan selalu berteriak meminta pertolongan ALLAH, ketika diperlihatkan SEDIKIT SAJA KESUSAHAN yang sebenarnya telah mereka buat sendiri. Tetapi mereka ini biasanya dengan cepat kembali DURHAKA kepada ALLAH, jika keadaan mulai membaik! Dalam keadaan sulit, mereka yang mudah mengeluh ini seakan-akan bisa menghargai setiap nikmat ALLAH sekecil apa pun. Tetapi, saat mereka sedang berada di dalam gelimang harta, kesuksesan, kelihatan memejamkan matanya dari mereka yang butuh bantuannya, bahkan bisa saja mereka menari-nari di atas penderitaan orang lain. Mudah sekali menghamburkan uang untuk berfoya-foya, bahkan berbuat maksiat! Na'udzubillah tsumma na'udzubillah. Saya kutipkan dari Al-Qur'an, surat Yunus ayat 12, sebagai berikut: "Dan, apabila kesusahan menimpa manusia, dia berdo'a kepada Kami, di waktu berbaring atau di waktu duduk atau di waktu berdiri. Tetapi setelah Kami hilangkan kesusahan itu daripadanya, dia berlalu seolah-olah tidak pernah berdo'a kepada Kami mengenai kesusahan yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik, apa yang mereka kerjakan." Anda simak ayat suci di atas, itu sebenarnya ALLAH menunjukkan kepada kita, bagaimana sebaiknya bersikap terhadap kehidupan, yang jelas-jelas milik ALLAH SWT ini. Oleh sebab itu, seharusnya kita semua menyadari bahwa memang semestinya dalam menjalani kehidupan ini, kita harus memiliki pedoman dan tuntunan hidup, yang akan mengarahkan dan membimbing hidup kita secara benar, sebagaimana keinginan ALLAH. Berbagai permasalahan hidup, kesulitan, ataupun kesusahan yang terjadi…bisa jadi itu disebabkan oleh kita, yang telah berjalan tidak sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh ALLAH, seperti yang digariskan di dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah. Kalau kita mau menggunakan pedoman dari ALLAH dan Rasul-NYA ini, maka semua hal apapun itu: keberkahan, keberlimpahan, atau pun kesusahan, kesulitan, penderitaan, dan berbagai permasalahan dalam kehidupan; maka semuanya akan kita kembalikan lagi kepada Sang Maha Segalanya, ALLAH SWT, Sang Pemilik Kehidupan ini. Sehingga dengan demikian, kita menjadi sangat percaya, bahwa ALLAH pasti selalu berkehendak yang terbaik untuk hamba-hamba-NYA. ALLAH pasti selalu memudahkan, bukan mempersulit. Sehinga, apa pun yang terjadi…pasti untuk kebaikan kita sendiri. Di setiap kejadian, pasti selalu ada maksud baik dari ALLAH. Oleh sebab itu, apa pun yang terjadi, pasti patut untuk selalu disyukuri. Satu sikap yang harus kita miliki adalah selalu berbaik sangka kepada ALLAH. Berbaik sangka lah kepada ALLAH. Ingatlah sabda Nabi, bahwa ALLAH itu sebagaimana yang diprasangkakan oleh hamba-NYA. Renungkanlah kehidupan Anda, dan koreksilah dengan jujur. Kebanyakan dari kita, sangat jarang menggali penyebab kesulitan, kesusahan atau berbagai problem kehidupan dari dalam diri kita sendiri. Kebanyakan dari kita, lebih senang menyalahkan orang lain atau bahkan menyalahkan ALLAH. Astaghfirullaahal'adzim. Nah, sedikit uraian pengalaman saya dalam memberikan wawasan kesadaran kepada para client, sahabat-sahabat, dan saudara-saudara yang pernah datang kepada saya, sebagaimana di atas ini, semoga bisa memberikan manfaat bagi Anda yang membacanya. Kita memang boleh saja mengeluh, tetapi adalah lebih baik lagi…SEBELUM MENGELUH, HENDAKNYA KITA BERSYUKUR TERLEBIH DULU. Rasakanlah dan terimalah dengan penuh syukur dan ikhlas, berbagai karunia Ilahi yang telah kita terima. Anda bisa hidup sampai sekarang ini saja sudah merupakan suatu karunia Ilahi yang tidak bisa diukur nilainya. Jika Anda berdo'a memohon sesuatu kepada ALLAH SWT, sebaiknya bersyukurlah lebih dulu, berterima kasihlah terlebih dulu, pujilah terlebih dulu Dzat Yang Maha Dahsyat, ALLAH… baru kemudian Anda boleh mengeluhkan apa pun, dan meminta yang Anda inginkan agar ALLAH memberikan pertolongan-NYA kepada Anda. Inilah ETIKA BERDO'A yang disukai oleh ALLAH SWT. Jangan berdo'a dengan hanya mengeluh, meminta atau bahkan protes karena Anda merasa belum diberikan ALLAH keberlimpahan hidup. Belajarlah dari kehidupan yang Anda jalani ini. BERSYUKURLAH LEBIH DULU, BARU BOLEH MENGELUH kepada ALLAH SWT. Labels: artikel
Mencari Cinta Sejati
Artikel dari Ustadz Joban Bertepuk sebelah tangan sahaja tidak akan berbunyi. Bercinta dengan yang tidak mencintai, akan menyebabkan seseorang itu kecewa. Itulah lumrahnya apabila bercinta dengan manusia. Sebaliknya bercinta dengan Allah, cinta kita pasti akan berbalas. Bahkan ia diberi penghargaan dan disambut dengan baik. Cinta Allah yang Maha Pencinta tidak memilih siapa, rupa, gaya dan bagaimana keadaannya. Cinta yang tidak pernah luput walau sesaat malahan terus berkekalan.  Berbeza dengan manusia yang hanya cinta pada yang disukai dan diminati. Cintanya pula bermusim dan tidak kekal. Sewaktu disenangi dicintai, bila jemu atau benci tidak lagi dicintai malah ditinggalkan. Cinta manusia juga terbatas dan ada kepentingan. Isteri cintakan suami kerana suami tempatnya bergantung. Ibu mencintai anak kerana anak itulah penghiburnya di kala sunyi. Kawan menyayangi kawan kerana dapat berkongsi merasai senang susahnya hidup. Pengikut sayangkan ketua kerana ketua menjadi penaungnya. Namun Allah yang Maha Pencipta mencintai hamba-hambanya tanpa ada kepentingan. Allah hanya melebihkan kecintaanNya kepada orang-orang yang mencintaiNya. Allah akan murka kepada orang yang mengingkariNya. Cinta Seindah Yang Diucap. Semua orang boleh mengaku dan berikrar bahawa dia mencintai Allah. Tapi tindak-tanduknya dapat mencerminkan apakah dia benar-benar mencintaiNya. Allah sendiri lebih tahu siapakah diantara hambaNya yang benar-benar mencintaiNya. Orang yang benar-benar mencintai Allah sanggup berbuat apa sahaja keranaNya. Tanda seseorang itu mencintai Allah ialah dia beriman kepada Allah. Dia berkasih sayang dengan sesama manusia dan saling bersilaturrahim. "Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang sabar."(Surah Ali Imran ayat 146)
"Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan."(Surah Ali-Imran ayat 134 ) Sekuntum Mawar Hafizah Labels: artikel
Manusia yang Menyesal
Artikel dari Ustadz Joban Tiga Macam Manusia yang Menyesal 1. Semua yang berilmu dan pemberi nasihat atas amal orang lain dengan ilmu dan nasihatnya, tetapi dia sendiri meninggalkan dunia tanpa amal. Pada hari kiamat dia akan melihat orang lain masuk surga lantaran nasihat dan pengajarannya. Sementara dia sendiri waktu itu akan menuju ke Jahannam. Bukan ini yang paling memalukan? Bahkan, dia akan berharap segera dimasukan ke Jahannam, agar orang-orang tak melihatnya. 2. Pemilik harta yang mati tanpa memanfaatkan hartanya; tidak menginfakannya atau mewariskan untuk hal-hal yang baik. Dia hanya mendapatkan keletihan dalam mengumpulkannya, sementara balasan kebajikan atas hartanya diterima orang lain. Kelak orang seperti ini akan sengat menyesal 3. Seorang tuan yang disiksa oleh perbuatannya, sementara budaknya memperoleh kenikmatan. Siksaan yang bersifat rohani ini lebih menyakitkan daripada siksaan Jahannam dan terasa lebih berat baginya. Sepanjang umurnya, dia selalu berkata: “Akulah tuan”, atau “Akulah majikan.” Namun, sekarang dia melihat pembantu atau budaknya itu telah menjadi tuan yang hakiki, sementara dia sendiri rendah dan hina. Labels: artikel
Islam and Eclipse
Article from Ustadz Joban "The Sun and the Moon are two of the Signs (Ayat) of Allah: they do not darken for the death or birth of any person, but Allah strikes fear into His servants by means of them. So when you see them darken, remember and mention Allah, declare His Greatness, offer prayer, give in charity, and supplicate to Him and seek His forgiveness." These words were said by the noble prophet Muhammad s.a.w.s, when a solar eclipse took place on the very day that his infant son Ibrahim passed away: 29th Shawwal 10 H / 27th January 632 C.E. A false prophet would undoubtedly have claimed that such a magnificent celestial event was a sign of heavenly mourning for the loss of his loved one, but not the final Messenger of God, who led the community of Muslims in prayer for as long as the eclipse lasted, then admonished them regarding their reckoning with their Lord on the Day of Judgment. The Muslim reaction to lunar and solar eclipses in general, and the forthcoming solar eclipse of Wednesday 11th August 1999 in particular – according to accurate astronomical calculations -- can be summarised as follows: 1. Solar and lunar eclipses are reminders of the Day of Judgment, when the sun, moon and stars will all lose their light. "When the sight is dazed, and the moon is buried in darkness, and the sun and moon are joined together: Man will say on that day, ‘Where is the refuge?’" (Surat al-Qiyamah, the Resurrection) 2. Being a reminder of the Last Day, the eclipse is a time for prayer, charitable acts, freeing slaves and generally remembering Allah and seeking His forgiveness. 3. To have belief in heavenly bodies (sun, moon, planets, stars) as having power over events and people’s fates and fortunes is to reject Allah by ascribing partners to Him. "And among His Signs are the night and the day, the sun and the moon. Prostrate neither to the sun nor to the moon, but prostrate to Allah who created them, if it is truly Him you worship." (Surat Fussilat, the Signs Explained) Thus one cannot worship God by worshipping creation –whether the devotions are offered to Nature, heavenly bodies, idols or human beings. The worship of something or someone created in whatever form, Muslims consider to be an underlying error of many groups active in the UK, from pagans, Druids and New Age cultures (for whom the eclipse is a sacred event) to the numerous Christian denominations. The popular but false, empty faith in astrology, so widespread in the popular press, is also condemned in Islam. Islam teaches people to constantly turn to the Source of all events: Allah. Salat al-Kusuf (The Eclipse Prayer)Ruling: Most of the people of knowledge (‘ulama’) regard it as an important sunnah (mu’akkadah); Imam Abu Hanifah said it was obligatory (wajib), whilst Imam Malik regarded it as equal to Salat al-Jumu’ah (Friday Prayer) in importance. Form: The eclipse prayer consists of two rak’at. Various forms of the rak’at have been narrated, but the most authentic ahadith indicate that each rak’at has two standings (qiyam), two instances of recitation from the Qur’an (qira’ah), two bowings (ruku’) and two prostrations (sujud). This is the view of the majority of the people of knowledge, including Imams Malik, Shafi’i and Ahmad. The number of ruku’ in each rak’at has also been narrated as three, four or more; the Hanafi ‘ulama’ prefer only one ruku’, just as for the daily prayers. However, the most authentic ahadith support the majority view, given above. Congregation: The Sunnah is for the prayer to be held in congregation in the masjid, although individuals who cannot reach the congregation may pray alone. Women may pray at home or attend the congregation. Khutbah (Sermon): The Imam gives this after the congregational prayer, based on the admonition of the Messenger of Allah s.a.w.s. part of which is quoted at the beginning of this article. The khutbah is recommended (mustahabb) according to Imam al-Shafi’i and the majority of the other Imams of Hadith, whilst the Hanafi ‘ulama’ say that the khutbah is not part of the eclipse prayer – they regard the Messenger’s admonition as a general reminder and not a formal sermon. If delivered, the khutbah should contain praise of Allah, the two testimonies of faith (shahadatayn) and reminders about Paradise and the Fire. The Prophet’s admonition also included warnings about unlawful sexual relations and general frivolity about life (both widespread in contemporary British society), and special advice to women regarding ingratitude to their husbands. Timing: The time for the eclipse prayer lasts throughout the eclipse. The prayer must be started during the eclipse, although it can end after the eclipse is over. The khutbah is delivered after the prayer, whether or not the eclipse is still in progress. After the eclipse, the requirement and time for the prayer no longer exists and therefore it is invalid to pray Salat al-Kusuf outside the time of the eclipse. Imams Abu Hanifah and Ahmad have stipulated that the eclipse prayer cannot be held during times when prayer is normally discouraged (makruh), i.e. when the sun is rising or setting over the horizon, or when it reaches its zenith. Other Imams say that the recommendation of the eclipse prayer takes precedence over these discouraged times. [The solar eclipse at the end of Rabi’ al-Thani 1420 / 11th August 1999 lasts from around 10.00am to 12.40pm in the UK, local time insha’ Allah, and is outside the discouraged times for prayer.] Length: The eclipse prayer should be longer than normal daily, weekly or annual prayers. The eclipse prayer performed by the Messenger of Allah s.a.w.s. was extremely long: it started soon after the beginning of the eclipse and ended after the eclipse was over. His prayer included four instances of recitation from the Qur’an, with the first and longest of them being reckoned as "about as lengthy as Surat al-Baqarah." Further, the qiyam, ruku’ and sujud were described as longer than any others seen performed by him s.a.w.s. However, the Imam should as always bear in mind the capabilities of his congregation, and the prayer should not be prolonged excessively for the old and weak amongst them. There is no requirement to prolong the prayer throughout the eclipse, nor to pray extra rak’at. The two-rak’at prayer is made as long as is reasonable, and the remainder of the eclipse is spent in supplication (du’a), general mention and remembrance of Allah (dhikr, including recitation of the Qur’an) and giving charity. Detailed description of the prayer 1. There is no adhan or iqamah for the prayer, although the prayer can be announced by calling, "As-salat jami’ah" ("The congregation is gathering for prayer"). 2. The Imam begins the prayer with takbir, as usual, followed by recitation of Surat al-Fatihah and one or more further surahs. The recitation can be loud (majority view) or silent. 3. The Imam does ruku’ with takbir, as usual. 4. The Imam rises from ruku’ saying "Sami’ Allahu li man hamidahu", followed by the usual dhikr. 5. Remaining in the standing posture, the Imam begins to recite again: Surat al-Fatihah and one or more further surahs. 6. The imam goes into ruku’ with takbir. 7. The Imam rises from ruku’ saying "Sami’ Allahu li man hamidahu", followed by the usual dhikr. 8. The Imam performs the two sujud as usual, except that the prostrations should be lengthy, as should be the sitting in between them. 9. The Imam rises for the second rak’at, which is performed in the same manner as the first. 10. Hence there are a total of four of each of the following: qiyam (with recitation), ruku’ and sujud. The Sunnah is for each qiyam, ruku’ and sajdah to be shorter than the previous one. General issues 1. DO NOT LOOK AT THE SUN! This is dangerous for prolonged periods of time, either during the eclipse or at any other time. It could cause complete or partial blindness. This applies to sunglasses and cameras and especially to binoculars and telescopes. The safest way to view the progress of the eclipse is by projection using a pinhole camera. "Eclipse glasses" are not 100% safe, although ones with Mylar filters are better than most. Mylar filters may also be used with cameras. Many of the cheap eclipse glasses (cardboard with plastic filters) are dangerous: always check for a trusted safety inspection mark. Even officially "safe" glasses can be dangerous, since a tiny scratch can allow in enough solar radiation to burn the retina. Be very careful, especially with children. This is also a reminder that just as the sun is too bright for the eyes, creation has to be veiled from Allah, otherwise the Divine Light would burn and consume all of existence. The coming solar eclipse is due to begin in Nova Scotia and will travel eastwards across the Atlantic, and over Europe and Asia until the eclipse ends over the Bay of Bengal, insha’ Allah. The moon’s shadow will thus travel over 3,000 miles in three hours - this is much faster than the speed of sound! The "line of totality" (along which the sun will be completely obscured by the moon) includes Cornwall in the UK, central France and Germany, Eastern Europe, Turkey, Isfahan in Iran, Karachi in Pakistan and Central India. The sun will be at least partially eclipsed in the whole of Europe, North Africa, the Middle East and Central Asia. Thus most of the Muslim world, including the sacred cities of Makkah, Madinah and Jerusalem, will witness this awesome event and have the opportunity to perform special devotions to Allah the Majestic. We ask Allah to enable us to heed His Signs and turn to Him always, Amin. Slideshows of Seattle Lunar Eclipse onn February 2008, please click here. Labels: artikel
Bolehkah merayakan Valentine Days?
Artikel dari Ustad Joban Menyorot Perayaan Valentine Days Sabtu, 09-Februari-2008, Penulis: Buletin Jum’at Al-Atsariyyah Cinta adalah sebuah kata yang indah dan mempesona yang hingga sekarang belum ada yang bisa mendefinisikan kata cinta itu sendiri. Meskipun demikian setiap insan yang memiliki hati dan pikiran yang normal tahu apa itu cinta dan bagaimana rasanya. Maha suci Dzat Yang telah menciptakan cinta. Jika kita berbicara tentang cinta, maka secara hakikat kita akan berbicara tentang kasih sayang; jika kita berbicara tentang kasih sayang, maka akan terbetik dalam benak kita akan suatu hari yang setiap tahunnya dirayakan, hari yang selalu dinanti-nantikan oleh orang-orang yang dimabuk cinta, dan hari yang merupakan momen terpenting bagipara pemuja nafsu. Sejenak membuka lembaran sejarah kehidupan manusia, maka disana ada suatu kisah yang konon kabarnya adalah tonggak sejarah asal mula diadakannya hari yang dinanti-nantikan itu. Tentunya para pembaca sudah bisa menebak hari yang kami maksud. Hari itu tak lain dan tak bukan adalah "Valentine Days" (Hari Kasih Sayang?). Definisi Valentine Days Para Pembaca yang budiman, mari kita sejenak menelusuri defenisi Valentine Days dari referensi mereka sendiri! Kalau kita membuka beberapa ensiklopedia, maka kita akan menemukan defenesi Valentine di tiga tempat : Ensiklopedia Amerika (volume XIII/hal. 464) menyatakan, "Tanggal 14 Februari adalah hari perayaan modern yang berasal dari dihukum matinya seorang pahlawan kristen yaitu Santo Valentine pada tanggal 14 Februari 270 M". Ensiklopedia Amerika (volume XXVII/hal. 860) menyebutkan, "Yaitu sebuah hari dimana orang-orang yang sedang dilanda cinta secara tradisional saling mengirimkan pesan cinta dan hadiah-hadiah. Yaitu hari dimana Santo Valentine mengalami martir (seorang yang mati sebagai pahlawan karena mempertahankan kepercayaan/keyakinan)". Ensiklopedia Britania (volume XIII/hal. 949), "Valentine yang disebutkan itu adalah seorang utusan dari Rhaetia dan dimuliakan di Passau sebagai uskup pertama". Sejarah Singkat Valentine Days Konon kabarnya, sejak abad ke-4 SM, telah ada perayaan hari kasih sayang. Namun perayaan tersebut tidak dinamakan hari Valentine. Perayaan itu tidak memiliki hubungan sama sekali dangan hari Valentine, akan tetapi untuk menghormati dewa yang bernama Lupercus. Acara ini berbentuk upacara dan di dalamnya diselingi penarikan undian untuk mencari pasangan. Dengan menarik gulungan kertas yang berisikan nama, para gadis mendapatkan pasangan. Kemudian mereka menikah untuk periode satu tahun, sesudah itu mereka bisa ditinggalkan begitu saja. Dan kalau sudah sendiri, mereka menulis namanya untuk dimasukkan ke kotak undian lagi pada upacara tahun berikutnya. Sementara itu, pada 14 Februari 269 M meninggalkan seorang pendeta kristen yang bernama Valentine. Semasa hidupnya, selain sebagai pendeta ia juga dikenal sebagai tabib(dokter) yang dermawan, baik hati dan memiliki jiwa patriotisme yang mampu membangkitkan semangat berjuang. Dengan sifat-sifatnya tersebut, nampaknya mampu membangkitkan kesadaran masyarakat terhadap penderitaan yang mereka rasakan, karena kezhaliman sang Kaisar. Kaisar ini sangat membenci orang-orang Nashrani dan mengejar pengikut ajaran nabi Isa. Pendeta Valentine ini dibunuh karena melanggar peraturan yang dibuat oleh sang Kaisar, yaitu melarang para pemuda untuk menikah, karena pemuda lajang dapat dijadikan tentara yang lebih baik daripada tentara yang telah menikah. Valentine sebagai pendeta, sedih melihat pemuda yang mabuk asmara. Akhirnya dengan penuh keberanian, ia melanggar perintah sang Kaisar. Dengan diam-diam ia menikahkan sepasang anak muda. Pendeta Valentine berusaha menolong pasangan yang sedang jatuh cinta dan ingin membentuk keluarga. Pasangan yang ingin menikah lalu diberkati di tempat yang tersembunyi. Namun rupanya, sang Kaisar mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh pendeta tersebut, dan kaisar sangat tersinggung hingga sang Pendeta diberi hukuman penggal oleh Kaisar Romawi yang bergelar Cladius II. Sejak kematian Valentine, kisahnya menyebar dan meluas, hingga tidak satu pelosok pun di daerah Roma yang tak mendengar kisah hidup dan kematiannya. Kakek dan nenek mendongengkan cerita Santo Valentine pada anak dan cucunya sampai pada tingkat pengkultusan !! Ketika agama Katolik mulai berkembang, para pemimipin gereja ingin turut andil dalam peran tersebut. Untuk mensiasatinya, mereka mencari tokoh baru sebagai pengganti Dewa Kasih Sayang, Lupercus. Akhirnya mereka menemukan pengganti Lupercus, yaitu Santo Valentine. Di tahun 494 M, Paus Gelasius I mengubah upacara Lupercaria yang dilaksanakan setiap 15 Februari menjadi perayaan resmi pihak gereja. Dua tahun kemudian, sang Paus mengganti tanggal perayaan tersebut menjadi 14 Februari yang bertepatan dengan tanggal matinya Santo Valentine sebagai bentuk penghormatan dan pengkultusan kepada Santo Valentine. Dengan demikian perayaan Lupercaria sudah tidak ada lagi dan diganti dengan "Valentine Days" Sesuai perkembangannya, Hari Kasih Sayang tersebut menjadi semacam rutinitas ritual bagi kaum gereja untuk dirayakan. Biar tidak kelihatan formal, mereka membungkusnya dengan hiburan atau pesta-pesta. Hukum Islam tentang Perayaan Valentine Days Dalam Islam memang disyari’atkan berkasih sayang kepada sesama muslim, namun semuanya berada dalam batas-batas dan ketentuan Allah -Ta’ala-. Betapa banyak kita dapatkan para pemuda dan pemudi dari kalangan kaum muslimin yang masih jahil (bodoh) tentang permasalahan ini. Lebih parah lagi, ada sebagian orang yang tidak mau peduli dan hanya menuruti hawa nafsunya. Padahal perayaan Hari Kasih Sayang (Valentine Days) haram dari beberapa segi berikut : Tasyabbuh dengan Orang-orang Kafir Hari raya –seperti, Valentine Days- merupakan ciri khas, dan manhaj (metode) orang-orang kafir yang harus dijauhi. Seorang muslim tak boleh menyerupai mereka dalam merayakan hari itu. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Ad-Dimasyqiy-rahimahullah- berkata, "Tak ada bedanya antara mengikuti mereka dalam hari raya, dan mengikuti mereka dalam seluruh manhaj (metode beragama), karena mencocoki mereka dalam seluruh hari raya berarti mencocoki mereka dalam kekufuran. Mencocoki mereka dalam sebagaian hari raya berarti mencocoki mereka dalam sebagian cabang-cabang kekufuran. Bahkan hari raya adalah ciri khas yang paling khusus di antara syari’at-syari’at (agama-agama), dan syi’ar yang paling nampak baginya. Maka mencocoki mereka dalam hari raya berarti mencocoki mereka dalam syari’at kekufuran yang paling khusus, dan syi’ar yang paling nampak. Tak ragu lagi bahwa mencocoki mereka dalam hal ini terkadang berakhir kepada kekufuran secara global".[Lihat Al-Iqtidho’ (hal.186)]. Ikut merayakan Valentine Days termasuk bentuk tasyabbuh (penyerupaan) dengan orang-orang kafir. Rasululllah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda, "Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk kaum tersebut". [HR. Abu Daud dalam Sunan-nya (4031) dan Ahmad dalam Al-Musnad (5114, 5115, & 5667), Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushonnaf (19401 & 33016), Al-Baihaqiy dalam Syu’ab Al-Iman (1199), Ath-Thobroniy dalam Musnad Asy-Syamiyyin (216), Al-Qudho’iy dalam Musnad Asy-Syihab (390), dan Abd bin Humaid dalam Al-Muntakhob (848). Hadits ini di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Takhrij Musykilah Al-Faqr (24)]. Seorang Ulama Mesir,Syaikh Ali Mahfuzh-rahimahullah- berkata dalam mengunkapkan kesedihan dan pengingkarannya terhadap keadaan kaum muslimin di zamannya, "Diantara perkara yang menimpa kaum muslimin (baik orang awam, maupun orang khusus) adalah menyertai (menyamai) Ahlul Kitab dari kalangan orang-orang Yahudi, dan Nashrani dalam kebanyakan perayaan-perayaan mereka, seperti halnya menganggap baik kebanyakan dari kebiasaan-kebiasaan mereka. Sungguh Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- dahulu membenci untuk menyanai Ahlul Kitab dalam segala urusan mereka…Perhatikan sikap Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- seperti ini dibandingkan sesuatu yang terjadi pada manusia di hari ini berupa adanya perhatian mereka terhadap perayaan-perayaan, dan adat kebiasaan orang kafir. Kalian akan melihat ,ereka rela meninggalkan pekerjaan mereka berupa industri, niaga, dan sibuk dengan ilmu di musim-musim perayaan itu, dan menjadikannya hari bahagia, dan hari libur; mereka bermurah hati kepada keluarganya, memakai pakaian yang terindah, dan menyemir rambut anaka-anak mereka di hari itu dengan warna putih sebagaimana yang dilakukan oleh Ahlul Kitab dari kalangan Yahudi, dan Nashrani. Perbuatan ini dan yang semisalnya merupakan bukti kebenaran sabda Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- dalam sebuah hadits shohih, "Kalian akan benar-benar mengikuti jalan hidup orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta sehingga andai mereka memasuki lubang biawak, maka kalian pun mengikuti mereka". Kami (para sahabat) bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah mereka adalah orang-orang Yahudi, dan Nashrani". Beliau menjawab, "Siapa lagi kalau bukan mereka". [HR. Al-Bukhoriy (3456) dari Abu Sa’id Al-Khudriy -radhiyallahu ‘anhu-]".[Lihat Al-Ibda’ fi Madhorril Ibtida’ (hal. 254-255)] Namun disayangkan, Sebagian kaum muslimin berlomba-lomba dan berbangga dengan perayaan Valentine Days. Di hari itu, mereka saling berbagi hadiah mulai dari coklat, bunga hingga lebih dari itu kepada pasangannya masing-masing. Padahal perayaan seperti ini tak boleh dirayakan. Kita Cuma punya dua hari raya dalam Islam. Selain itu, terlarang !!. Pengantar Menuju Maksiat dan Zina Acara Valentine Days mengantarkan seseorang kepada bentuk maksiat dan yang paling besarnya adalah bentuk perzinaan. Bukankah momen seperti ini (ValentineDays) digunakan untuk meluapkan perasaan cinta kepada sang kekasih, baik dengan cara memberikan hadiah, menghabiskan waktu hanya berdua saja? Bahkan terkadang sampai kepada jenjang perzinaan. Allah -Subhanahu wa Ta’la- berfirman dalam melarang zina dan pengantarnya (seperti, pacaran, berduaan, berpegangan, berpandangan, dan lainnya), "Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk". (QS. Al-Isra’ : 32) Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda, "Jangan sekali-sekali salah seorang kalian berkhalwat dengan wanita, kecuali bersama mahram". [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (4935), dan Muslim dalam Shohih-nya (1241)] . Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda: "Demi Allah, sungguh jika kepala salah seorang dari kalian ditusuk dengan jarum dari besi, maka itu lebih baik daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya". [HR. Ath-Thabrani dalam Al-Kabir (486). Di-shahih-kan oleh syaikh Al-Albany dalam Ash-Shahihah (226)] Menciptakan Hari Rari Raya Merayakan Velentine Days berarti menjadikan hari itu sebagai hari raya. Padahal seseorang dalam menetapkan suatu hari sebagai hari raya, ia membutuhkan dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Karena menetapkan hari raya yang tidak ada dalilnya merupakan perkara baru yang tercela. Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda, “Siapa saja yang mengada-adakan dalam urusan (agama) kami sesuatu yang tidak ada di dalamnya, maka itu tertolak” [HR. Al-Bukhariy dalam Shahih -nya (2697)dan Muslim dalam Shahih -nya (1718)] Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan yang tidak ada tuntunannya dari kami, maka amalan tersebut tertolak”. [HR. Muslim dalam Shahih -nya (1718)] Allah -Ta’ala- telah menyempurnakan agama Islam. Segala perkara telah diatur, dan disyari’atkan oleh Allah. Jadi, tak sesuatu yang yang baik, kecuali telah dijelaskan oleh Islam dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Demikian pula, tak ada sesuatu yang buruk, kecuali telah diterangkan dalam Islam. Inilah kesempurnaan Islam yang dinyatakan dalam firman-Nya, "Pada hari Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu". (QS.Al-Maidah :3 ). Di dalam agama kita yang sempurna ini, hanya tercatat dua hari raya, yaitu: Idul Fitri dan Idul Adha. Karenanya, Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- mengingkari dua hari raya yang pernah dilakukan oleh orang-orang Madinah. Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda kepada para sahabat Anshor, “Saya datang kepada kalian, sedang kalian memiliki dua hari, kalian bermain di dalamnya pada masa jahiliyyah. Allah sungguh telah menggantikannya dengan hari yang lebih baik darinya, yaitu: hari Nahr (baca: iedul Adh-ha), dan hari fithr (baca: iedul fatri)”. [HR. Abu Dawud dalam Sunan-nya (1134), An-Nasa`iy dalam Sunan-nya (3/179), Ahmad dalam Al-Musnad (3/103. Lihat Shahih Sunan Abi Dawud (1134)] . Syaikh Amer bin Abdul Mun’im Salim-hafizhahullah- berkata saat mengomentari hadits ini, "Jadi, Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- melarang mereka -dalam bentuk pengharaman- dari perayaan-perayaan jahiliyyah yang dikenal di sisi mereka sebelum datangnya Islam, dan beliau menetapkan bagi mereka dua hari raya yang sya’i, yaitu hari raya Idul Fithri, dan hari raya Idul Adh-ha. Beliau juga menjelaskan kepada mereka keutamaan dua hari raya ini dibandingkan peryaan-perayaan lain yang terdahulu ".[Lihat As-Sunan wa Al-Mubtada’at fi Al-Ibadat (hal.136), cet. Maktabah Ibad Ar-Rahman, 1425 H] Sungguh perkara yang sangat menyedihkan, justru perayaan ini sudah menjadi hari yang dinanti-nanti oleh sebagian kaum muslimin terutama kawula muda. Parahnya lagi, perayaan Valentine Days ini adalah untuk memperingati kematian orang kafir (yaitu Santo Valentine). Perkara seperti ini tidak boleh, karena menjadi sebab seorang muslim mencintai orang kafir. Labels: artikel
Mampukah kita.......?
Baru ini Ustadz Joban mem-posting artikel kisah nyata yang Insya Allah dapat kita ambil sebagai pelajaran. Ceritanya sungguh menyentuh. Terima kasih. MAMPUKAH KITA MENJADI LELAKI SPT ITU ? Based on True Story.. Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yg sudah senja bahkan sudah mendekati malam,pak Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit istrinya juga sudah tua. Mereka menikah sudah lebih 32 tahun Mereka dikarunia 4 orang anak ....disinilah awal cobaan menerpa, setelah istrinya melahirkan anak ke empat ..... tiba2 kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan & itu terjadi selama 2 tahun. Menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi. Setiap hari pak suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan mengangkat istrinya keatas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja dia letakkan istrinya didepan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya tersenyum, untunglah tempat usaha pak suyatno tidak begitu jauh dari rumahnya , sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian, dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa2 saja yg dia alami seharian. Walaupun istrinya hanya bisa memandang ( tidak bisa menanggapi ) , pak suyatno sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur. Rutinitas ini dilakukan pak suyatno lebih kurang 25 tahun, Dengan sabar dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke empat buah hati mereka, sekarang anak2 mereka sudah dewasa tinggal si bungsu yg masih kuliah. Pada suatu hari ke empat anak suyatno berkumpul dirumah orang tua mereka sambil menjenguk ibunya.( karena setelah anak mereka menikah sudah tinggal dengan keluarga masing2 ) . Dan pak suyatno memutuskan ibu mereka dia yg merawat, yang dia inginkan hanya satu : semua anaknya berhasil. Dengan kalimat yg cukup hati2 anak yg sulung berkata : " Pak kami ingin sekali merawat ibu ....... Semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu & tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak, bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu". Dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata2nya ..... " Sudah yg keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak dengan berkorban seperti ini ...kami sudah tidak tega melihat bapak . . . kami janji kami akan merawat ibu bergantian". Pak Suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak diduga anak2 mereka. " Anak2ku..... jikalau hidup didunia ini hanya untuk nafsu.... Mungkin bapak akan menikah.... tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian disampingku.... itu sudah lebih dari cukup, dia telah melahirkan kalian"...... sejenak kerongkongannya tercekat . . . . . . . kalian yg selalu kurindukan hadir didunia ini dengan penuh cinta yg tidak satupun dapat menghargai dengan apapun. Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti Ini ? Kalian menginginkan bapak bahagia .... Apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang ? Kalian menginginkan bapak yg masih diberi Allah kesehatan dirawat oleh orang lain .......bagaimana dengan ibumu yg masih sakit ? Sejenak meledaklah tangis anak2 pak Suyatno. Merekapun melihat butiran2 kecil jatuh dipelupuk mata ibu suyatno . . . . Dengan pilu ditatapnya mata suami yg sangat dicintainya itu . . . Sampailah akhirnya pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber acara islami Selepas shubuh dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada pak suyatno . . . Kenapa bapak mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istri yg sudah tidak bisa apa2.. ? Disaat itulah meledak tangis beliau . . . Dengan tamu yg hadir di studio kebanyakan kaum perempuan pun tidak sanggup menahan haru . . Disitulah pak suyatno bercerita . . . . Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta tapi dia tidak mencintai karena Allah maka semuanya akan luntur . . . . Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya .... Sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya . . . Mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata dan dia memberi saya 4 orang anak yg lucu2 . . Sekarang dia sakit berkorban untuk saya karena Allah . . . Dan itu merupakan ujian bagi saya . Sehat pun belum tentu saya mencari penggantinya . . . apalagi dia sakit . . . Setiap malam saya bersujud dan menangis dan saya curhat kepada Allah diatas sajadah . . . Dan saya yakin hanya kepada Allah saya percaya untuk mendengar rahasia saya . . . . Labels: artikel
Lima Jenis Racun
Artikel dari Ustadz Joban Assalamu'alaikum . Hanya Ingin Mengingatkan . Kubur Setiap Hari Menyeru Manusia Sebanyak Lima (5) Kali ... 1. Aku rumah yang terpencil,maka kamu akan senang dengan selalu membaca Al-Quran. 2. Aku rumah yang gelap,maka terangilah aku dengan selalu solat malam. 3. Aku rumah penuh dengan tanah dan debu,bawalah amal soleh yang menjadi hamparan. 4. Aku rumah ular berbisa,maka bawalah amalan Bismillah sebagai penawar. 5 . Aku rumah pertanyaan Munkar dan Nakir,maka banyaklah bacaan "Laa ilahaillallah, Muhammadar Rasulullah", supaya kamu dapat jawapan kepadanya. Lima Jenis Racun dan Lima Penawarnya 1. Dunia itu racun,zuhud itu obatnya. 2. Harta itu racun,zakat itu obatnya. 3 . Perkataan yang sia-sia itu racun,zikir itu obatnya. 4. Seluruh umur itu racun,taat itu obatnya. 5. Seluruh tahun itu racun,Ramadhan itu obatnya. (Kirimkan Untuk Rekan-Rekan Muslim Anda Yang Lain Sebagai Tanda Sahabatnya Sedang Mengingatkannya .) Nabi Muhammad S.A.W bersabda : Ada 4 di pandang sebagai ibu ", yaitu : 1. Ibu dari segala OBAT adalah SEDIKIT MAKAN . 2. Ibu dari segala ADAB adalah SEDIKIT BERBICARA. 3. Ibu dari segala IBADAT adalah TAKUT BERBUAT DOSA. 4. Ibu dari segala CITA CITA adalah SABAR. Ingatlah kepada kebenaran dan kesabaran. Beberapa kata renungan dari Al Qur'an : Orang Yang Tidak Melakukan Shallat: Subuh : Dijauhkan cahaya muka yang bersinar Dzuhur : Tidak diberikan berkah dalam rezekinya Ashar : Dijauhkan dari kesihatan/kekuatan Maghrib : Tidak diberi santunan oleh anak-anaknya. Isya : Dijauhkan kedamaian dalam tidurnya Labels: artikel
Anda Ingin Shalat Khusyuk?
KH Anwar Sanusi: Ingin Khusyuk? Hadis Rasulullah SAW yang berbunyi, ''Shalluu kamaa ra-aytummuni ushalli (shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku melakukan shalat).'' Sayang, pengertian dari hadis tersebut baru sebatas wilayah fikih saja. Karena berbagai alasan, shalat acapkali hanya sekadar pelepas kewajiban belaka. ''Padahal shalatnya nabi itu adalah shalat yang bersih dari kedengkian, shalat untuk mengaplikasikan dalam hidup, shalat untuk menciptakan ukhkhuwwah, shalat untuk taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah, red),'' kata Pimpinan Pondok Pesantren Modern Lembah Arafah Cisarua, Bogor, KH Anwar Sanusi. Kepada Republika, kiai yang aktif memberi ceramah agama di layar televisi ini mengingatkan pentingnya pemahaman shalat untuk mencapai kekhusyukan. Berikut ini petikannya: Menurut definisi Anda, apa yang dimaksud dengan shalat khusyuk? Khusyuk artinya tertuju, tidak terpecah-pecah. Kalau khusyuk dalam shalat artinya tujuan hidup kita setelah shalat itu hanyalah untuk Allah. Itu sebabnya waktu shalat apa yang kita praktekkan nanti dibaca dalam shalat. Dan Allah menyaksikan. Shalat itu kan apel rutin kita kepada Allah. Konsekuensi kita kepada Islam adalah taslim (penyerahan, red), ya pada waktu shalat itu. Makanya kalau setelah shalat tidak mengamalkan apa yang kita baca berarti shalat apa itu? Khusyuk dan tidaknya shalat, berada pada wilayah sufi. Bahwa shalat itu ada para wilayah fikih, iya, tapi dia juga masuk dalam wilayah tasawuf. Kalau yang fikihnya saja benar, tapi yang sebelahnya tidak benar, maka shalatnya benar tapi tidak khusyuk. Kalau tasawufnya benar, tapi secara fikih tidak benar, maka shalatnya khusyuk tapi tidak benar. Jadi kedua-duanya harus benar, kedua-duanya harus terpenuhi. Mengapa khusyuk menjadi sangat penting dalam pelaksanaan rukun Islam kedua ini? Aplikasi seseorang bisa dilihat dari shalat. Nabi Muhammad SAW berkata, banyak orang shalat sebenarnya dia tidak shalat. Arti hadisnya, ''Akan datang satu zaman pada umatku seorang muadzdzin yang mengumandangkan adzan dari dalam masjid mereka datang ke masjid buat shalat berjamaah, takbirnya, iftitah-nya, Fatihah-nya, rukunya, sujudnya, dan shalatnya sama, tapi di hadapan Allah umatku yang shalat ke masjid itu tidak satu pun sebagai hamba yang disebut pantas beriman kepadaku.'' Kenapa demikian? Memang selama ini kita melihat orang yang shalat itu adalah orang yang beriman. Jawabannya ada pada Alquran Surat Al Mukminun dari ayat 1 dan 2: ''Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu orang yang khusyuk dalam sembahyangnya.'' Aplikasinya, selesai shalat diamalkan apa yang dibaca dalam shalat. Sekarang saya mau tanya: berapa banyak umat Islam yang shalat, waktu shalat takbirnya keras tapi selesai shalat takaburnya juga keras? Berapa banyak umat Islam yang shalat berjamaah di masjid shaf-nya rata tapi sesudah keluar masjid kemudian bercerai berai bahkan saling fitnah? Artinya, dia belum shalat kalau begitu. Kedua, orang-orang yang tidak senang berkata sia-sia. Berapa banyak para pejabat sekarang yang shalatnya rajin tapi maksiat jalan terus. Ketiga, orang yang selalu menjaga tubuhnya agar selalu bersih dengan menunaikan zakat. Tapi, berapa banyak umat Islam sekarang waktu shalat dia sebagai Muslim tapi ketika menjadi pegawai, dia menjadi Yahudi? Keempat, orang-orang yang pandai menjaga kehormatannya. Dalam ajaran Islam orang shalat tapi berzina, dia tidak punya iman. Jadi, tidak mungkin orang beriman, lalu shalat, kemudian melakukan zina. Nah, sekarang orang rata-rata shalat maupun shalat di Kabah mau membersihkan diri kemudian di Indonesia membuat dosa lagi. Buat membersihkan diri dia pergi umrah. Di Masjidil Haram, di depan Kabah menangis tersedu-sedu, begitu keluar Kabah balik ke kondisi semula. Itu sebabnya, shalluu kamaa ra aytumuuni ushalli (shalatlah seperti kalian melihat aku melakukan shalat). Selama ini kita memperhatikan "jurus" fikihnya saja, 'shalat seperti aku shalat'. Padahal shalatnya nabi itu shalat yang bersih dari kedengkian, shalat untuk mengaplikasikan, shalat untuk menciptakan ukuwah, shalat untuk takarrub ilallah. Masalah-masalah ini yang tidak pernah dibahas. Sisi fikihnya yang lebih diperhatikan ya? Ya. Karena apa? Karena memang unsur pelajaran fikih sangat dominan pada saat belajar di waktu muda dulu. Jadi, agama itu kita anggap fikih. Padahal fikih itu ilmu sosial. Dalam hadis di atas, artinya segala aspek yang dilakukan itu mendatangkan kekhusyukan. Kita lihat para sahabat yang shalat di belakang Rasulullah. Andaikata mereka tertebas oleh pedang mereka tidak akan terasa karena sedang shalat. Ali bin Abi Thalib pernah terpanah tangannya oleh orang kafir. Ali meraung-raung karena panah orang kafir itu memang sakit. Kata Umar bin Khaththab supaya tidak sakit panahnya kita cabut waktu Ali sedang shalat. Bagaimana caranya agar shalat kita menjadi khusyuk? Di atas segalanya, untuk mendapatkan shalat yang khusyuk, pertama darah dan daging kita tidak boleh terkontaminasi barang haram. Kalau sudah bicara masalah makanan haram, daging yang kita makan haram, minuman yang kita minum haram, lalu shalat menghadap kepada Allah, bagaimana bisa sesuatu yang haram menghadap kepada zat yang Mahasuci? Itu yang menyebabkan shalat kita selama ini tidak pernah khusyuk. Kenapa para ulama yang rezekinya sederhana shalatnya khusyuk? Kenapa para pejabat yang banyak hartanya tidak khusyuk dalam shalat? Mari kita muhasabah. (Damanhuri Zuhri) Republika, 10 Maret 2006 Labels: artikel
Istri yang Sholihat di mata Suami
Artikel dari Ustadz Joban BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM Istri Sholihat, Istri Yang Pandai Bangkitkan Gairah Suami Rumah tangga yang tenang, harmonis, dan penuh dengan cinta. Ya, siapakah yang tidak merindukan model rumah tangga sakinah mawadah wa rahmah (samara) itu? Dimana seluruh anggota keluarga saling berkasih sayang, tolong-menolong dalam kebaikan, dan secara bersama-sama menegakkan perintah Allah. Maka tidaklah berlebihan bila dikatakan, andai saja kita mampu mewujudkannya, surga dunia berarti telah kita raih. Persis apa yang dikatakan Marie Von Ebner-Eschenbach, seorang sosiolog wanita Jerman. "Bila di dunia ada surga, surga itu ialah pernikahan yang bahagia. Tetapi bila di dunia ini ada neraka, neraka itu adalah pernikahan yang gagal," kata Marie. Nyaris tak seorang pun dapat menyangkal pernyataan Marie Von Ebner-Eschenbach. Namun persoalannya, faktor-faktor apa saja yang bisa merealisasikan bangunan rumah tangga samara itu? Apakah cukup hanya dengan pembinaan agama pada seluruh anggota keluarga? Sehingga lahirlah sebuah keluarga yang agamis, atau memiliki komitmen yang tinggi dalam hal ibadah kepada Allah swt? Iman kepada Allah, ketaatan dalam menjalankan perintahNya, serta membina hubungan yang baik dengan tetangga, adalah pilar-pilar yang menyangga bagi tegaknya rumah tangga yang harmonis. Jika dirangkum, pola-pola hubungan di atas bisa kita ringkas menjadi hablum minallah (hubungan kepada Allah) dan hablum minannaas (hubungan sosial). Tapi dua pilar itu saja untuk membangun rumah tangga samara, tidak cukup. Masih ada satu pilar hubungan lagi, yakni hubungan suami-istri yang juga harus kokoh. Jangan sekali-kali pilar terakhir ini dianggap sepele, sehingga suami/istri tidak pernah menjaga dan mengokohkannya. Sebab tak sedikit kasus-kasus pecahnya rumah tangga seseorang diawali dari hubungan suami-istri yang hambar. Hubungan yang tidak romantis alias tanpa kemesraan. Ironinya pasal kemesraan hubungan suami istri ini kadangkala kurang mendapat perhatian yang proporsional pasangan suami-istri (pasutri). Bahkan boleh jadi ada yang menganggapnya tabu untuk diperbincangkan. Adalah merupakan fitrah manusiawi, seorang suami/istri ingin mendapat kehangatan dari pasangannya. Dan Islam sangat memperhatikan aspek ini, sebagai salah satu kunci tumbuhnya bangunan rumah tangga yang harmonis. Hubungan yang dingin antara suami-istri, seringkali merupakan titik awal kejatuhan sebuah rumah tangga. Karena itu pada para pasutri berhati-hatilah, untuk tidak lalai menjaga, merawat dan menggelorakan api gairah hubungan itu. Kali ini kita akan mencoba menyoroti peran istri dalam membangkitkan gairah suami. Ini bukan soal tuduhan berat sebelah, seolah hanya istri yang dituntut untuk menciptakan gairah hubungan suami-istri. Sebab seperti kita ketahui, laki-laki dan perempuan memang berbeda karakteristik seksnya. Umumnya seorang perempuan bisa melayani keinginan syahwat suaminya kapan saja, sekalipun ia tidak siap. Ekstremnya, ketika sedang tidak memiliki gairah syahwat sekalipun perempuan bisa melakukan jima' (hubungan intim) dengan suaminya. Tetapi tidak demikian dengan laki-laki. Secara fisik, hanya dalam keadaan tertentu ia bisa memenuhi hasrat seksual istrinya. Dan ini banyak dipengaruhi oleh kondisi psikis. Pernah dalam sebuah acara diskusi keluarga, seorang peserta muslimah mengungkapkan masalahnya. Ia mengatakan, setiap suami mengajaknya 'main', ia selalu melayani. Tetapi ketika ia menghendaki kemesraan pada suaminya, sang suami sering tidak siap. Walhasil ia harus memendam kekecewaan dan kejengkelan karena hasrat seksualnya tak terpenuhi. Di sisi lain tak sedikit para suami yang berupaya mencari obat-obat doping agar ia tidak loyo menghadapi istri. Atau dengan kata lain agar keperkasaannya bisa lebih prima dan lebih bergairah menghadapi pasangannya. Sebenarnya, insya-Allah suami tidak perlu menggunakan doping jika istri mampu membangkitkan gairah suami. Kata Ibnu Qutaybah, "Semakin besar gairah seorang wanita, semakin besar pula gairah laki-laki kepadanya." Menurut riwayat, Rasulullah SAW juga pernah bersabda tentang masalah ini. Kata Rasululullah, "Sebaik-baik istri kamu ialah yang menjaga diri lagi pandai membangkitkan syahwat, (yakni) keras menjaga kehormatan kemaluannya, pandai membangkitkan syahwat suaminya," (HR Dailami dari Anas r.a). Berkenaan dengan masalah ini, ada baiknya kita mendengar kisah Abdullah bin Rabi'ah. Dia adalah orang yang terkenal di kalangan orang-orang Quraisy sebagai orang yang baik dan selalu menjaga kehormatan dirinya. Namun ada satu persoalan serius yang dihadapinya, yakni penisnya tidak bisa ereksi. Sementara orang-orang Quraisy tidak pernah ada yang memberi kesaksian tentang kebaikan dan keburukannya dalam masalah ini. Dia pernah menikahi seorang wanita. Tapi hanya beberapa waktu berselang, istrinya lari darinya dan kembali kepada keluarganya. Begitu seterusnya, sampai suatu ketika Zainab binti Umar bin Salamah berkata, "Mengapa para wanita lari dari anak pamannya?" Ada yang menjawab, "Karena wanita-wanita yang pernah menjadi istrinya tidak mampu membuatnya melaksanakan tugas sebagai suami." "Tidak ada yang menghalangiku untuk membuatnya bangkit. Demi Allah, saya adalah wanita yang berperawakan besar dan bergairah," seru Zainab. Maka ia menikah dengan Abdullah. Menurut riwayat Zainab selalu sabar meladeni suaminya dan akhirnya mereka dikaruniai enam orang anak. Cerita Abdullah bin Rabi'ah dengan Zainab binti Umar ini memberi pelajaran menarik. Bahwa impotensi yang cukup berat bisa tersembuhkan oleh istri yang bersemangat dan pandai membangkitkan gairah seksual suaminya. Abdullah bahkan bukan hanya sembuh dari penyakit impoten. Tapi bersama pasangannya yang bergairah, beliau memperoleh 6 orang anak. Istri sholihat bukanlah wanita yang hanya cukup taat beribadah kepada Allah dan baik pada tetangganya. Tetapi ia juga harus baik terhadap suaminya, dalam arti pandai membangkitkan gairah seksual suaminya. Tentang bagaimana menggairahkan suami, Anda insya-Allah lebih mengetahui kiat-kiatnya. Wallahu a'lamu bish-showwaab. Labels: artikel
25 ways how to deal with stress
Postingan dari Sr. Lis Gautama (milis Muslimat) 1. Ask Him. He Listens: DuaTurn each anxiety, each fear and each concern into a Dua (supplication). Look at it as another reason to submit to God and be in Sajdah (prostration), during which you are closest to Allah. God listens and already knows what is in your heart, but He wants you to ask Him for what you want. The Prophet said: Allah is angry with those who do not ask Him for anything (Tirmidhi). The Prophet once said that in prayer, he would find rest and relief (Nasai). He would also regularly ask for God's forgiveness and remain in prostration during prayer praising God (Tasbeeh) and asking for His forgiveness (Bukhari). Allah wants you to be specific. The Prophet advised us to ask Allah for exactly what we want instead of making vague Duas. Dua is the essence of worship (the Prophet as quoted in Tirmidhi). "Call on your Lord with humility and in private: for Allah loveth not those who trespass beyond bounds. Do not make mischief on the earth, after it hath been set in order, but call on Him with fear. And longing (in your hearts): for the mercy of Allah is (always) near to those who do good" (Quran 7:55-56). 2. Tie your Camel: Do your PartOne day Prophet Muhammad, peace and blessings be upon him, noticed a Bedouin leaving his camel without tying it. He asked the Bedouin, "Why don't you tie down your camel?" The Bedouin answered, "I put my trust in Allah." The Prophet then said, "Tie your camel first, then put your trust in Allah" (Tirmidhi). Muslims must never become fatalistic. Although we know only Allah is in control and that He has decreed all things, we are each responsible for making the right choices and doing the right thing in all situations of our lives. We must take action (link to planning articles on SV). We must work to alleviate the hardships we, our families and our communities face. Ask yourself the following questions if you are worried about the state of the world: are you part of the peace movement? Is your Masjid part of the peace movement? Are you part of an interfaith group with an agenda of peace and justice? Are you working with a group fighting discrimination? If your answer is no, it is time that you sat down to plan your share of time and money in finding solutions to the problems you face. "Verily Allah does not change men's condition unless they change their inner selves" (Quran 13: 11). Turn each worry into a Dua and each Dua into an action plan. That will show your commitment to your request and will focus your energy in the right direction. 3. Remember that human responsibility is limited While we need to carry out our duty to the best of our abilities, always remember that you don't control the outcome of events. Even the Prophets did not control the outcome of their efforts. Some were successful, others were not. Once you have done your duty, leave the results to Allah. Regardless of the results of your efforts, you will be rewarded for the part you have played. However, never underestimate your abilities. Understand the concept of Barakah (blessings from Allah) and remember that Allah can and Insha Allah will expand them if you are sincerely exerting your energies for the right path. 4. Leave the world behind you five times a dayUse the five daily prayers as a means to become more Hereafter-oriented and less attached to this temporary world. Start distancing yourself as soon as you hear Adhan, the call to prayer. When you perform Wudu, keep repeating Shahada, the declaration of faith, as water drops slip down your face, hands, arms, and hair. When you stand ready to pray, mentally prepare yourself to leave this world and all of its worries and stresses behind you. Of course, Shaytan will try to distract you during prayer. But whenever this happens, go back and remember Allah. The more you return, the more Allah will reward you for it. Also, make sure your Sajdas (prostrations) are talking Sajdas, in which you are really connecting to God and seeking His Mercy, praising Him, and asking His forgiveness. (link to Sajda article…ramadan page) 5. Seek help through SabrSeek help through Sabr and Salat (Quran 2:45). This instruction from Allah provides us with two critical tools that can ease our worries and pain. Patience and prayer are two oft-neglected stressbusters. Sabr is often translated as patience but it is not just that. It includes self-control, perseverance, endurance, and a focussed struggle to achieve one's goal. Unlike patience, which implies resignation, the concept of Sabr includes a duty to remain steadfast to achieve your goals despite all odds. Being patient gives us control in situations where we feel we have little or no control. 'We cannot control what happens to us but we can control our reaction to our circumstances' is the mantra of many modern-day self-help books. Patience helps us keep our mind and attitude towards our difficulties in check. 6. Excuse Me! You are Not Running the World, He is. It is important to remind ourselves that we don't control all the variables in the world. God does. He is the Wise, the All-Knowing. Sometimes our limited human faculties are not able to comprehend His wisdom behind what happens to us and to others, but knowing that He is in control and that as human beings we submit to His Will, enriches our humanity and enhances our obedience (Uboodiah in Arabic) towards him. Read the story of the encounter of Moses with the mysteries behind God's decision (Quran: 18:60-82). Familiarize yourself with God's 99 Names, which are also known as His Attributes. It is a powerful way of knowing Him. "God-there is no deity save Him, the Ever-Living, the Self-Subsistent Fount of All being. Neither slumber overtakes Him, nor sleep. His is all that is in the heavens and all that is on earth. Who is there that could intercede with Him, unless it be by His leave? He knows all that lies open before men and all that is hidden from them, whereas they cannot attain to aught of His knowledge save that which He wills them to attain. His eternal power overspreads the heavens and the earth, and their upholding wearies Him not. And He alone is truly exalted, tremendous." (Quran 2:255). The Prophet recommended reading this verse, known as Ayat al kursi, after each prayer, Allah's peace and blessings be upon him. Once Ali, may Allah be pleased with him, approached the Prophet during a difficult time and he found the Prophet in Sajda, where he kept repeating "Ya Hayy Ya Qayyum", words which are part of this verse. 7. Birds Don't Carry their FoodAllah is al Razzaq (the Provider). "How many are the creatures that carry not their own sustenance? It is Allah Who feeds them and you, for He hears and knows all things (Quran 29:60)." By reminding yourself that He is the Provider, you will remember that getting a job or providing for your family in these economically and politically challenging times, when Muslims are often the last to be hired and the first to be fired, is in God's Hands, not yours. As Allah says in the Quran: "And He provides for him from (sources) he never could imagine. And if anyone puts his trust in Allah, sufficient is (Allah) for him. For Allah will surely accomplish His purpose. Verily, for all things has Allah appointed a due proportion (Quran 65:3). 8. God controls Life and DeathIf you fear for your physical safety and security, remember that only Allah gives life and takes it back and, that He has appointed the time for it. No one can harm you except if Allah wills. As He says in the Quran: "Wherever you are, death will find you out, even if you are in towers built up strong and high!" (Quran 4:78). 9. Remember that life is shortIt's easy to get caught up in our own stress and anxiety. However, if we remember that our life is short and temporary, and that the everlasting life is in the Hereafter, this will put our worries in perspective. This belief in the transitory nature of the life of this world reminds us that whatever difficulties, trials, anxieties, and grief we suffer in this world are, Insha Allah, something we will only experience for a short period of time. And more importantly, if we handle these tests with patience, Allah will reward us for it. 10. Do Zikr, Allah, Allah! "… without doubt in the remembrance (Zikr) of Allah do hearts find tranquility" (Quran 13:28). If you commute, use your time in Zikr. Pick any Tasbeeh and do that instead of listening to the radio or reading the newspaper. Maybe you can divide it up between Zikr and planning. Personally, I recite the Tasbeeh of "Subhana Allahe wa be hamdihi, subhan Allahil Azeem" 100 times as I drive. The Prophet taught us these two short phrases which are easy to say but will weigh heavy on our scale of good deeds in the Hereafter. When your heart feels heavy with stress or grief, remember Allah and surround yourself with His Zikr. Zikr refers to all forms of the remembrance of Allah, including Salat, Tasbeeh, Tahmeed, Tahleel, making supplication (Dua), and reading Quran. "And your Lord says: 'Call on Me; I will answer your (prayer)…" (Quran 40:60) By remembering Allah in the way He has taught us to, we are more likely to gain acceptance of our prayers and His Mercy in times of difficulty. We are communicating with the only One Who not only Hears and Knows all, but Who can change our situation and give us the patience to deal with our difficulties. "Remember Me, and I shall remember you; be grateful to Me, and deny Me not" (Quran 2:152). 11. Relying on Allah: Tawakkul When you awaken in the morning, thank Allah for giving you life after that short death called sleep. When you step out of your home, say 'in Your Name Allah, I put my trust in Allah, and there is no power or force except with Allah' (Bismillahi Tawakal to al Allah wa la hawla wa la quwwata illa billah). At night, remember Allah, with His praises on your lips. Once you have established a plan you intend to follow through on to deal with a specific issue or problem in your life, put your trust in the most Wise and the All-Knowing. "When you have taken a decision, put your trust in Allah" (Quran 3: 159). Rely on Allah by constantly remembering Him throughout your day. When you lay down to sleep, remember that sleep is death. That is why one of the recommended supplications before going to sleep is "with Your (Allah's) Name I die and become alive". 12. Connect with other human beingsYou are not alone. Muslims are not alone. We are not suffering in silence. There are millions of good people who are not Muslim with beautiful hearts and minds. These are people who have supported us, individually and collectively, post-9/11, by checking up on us and making sure we are safe. These are individuals and organizations who have spoken up in defense of Muslims as we endured harassment and discrimination. We must think of them, talk to them, connect with them, and pray for them. Through our connections, we will break the chain of isolation that leads to depression and anxiety. 13. Compare your dining table with that of those who don't have as much as you do The Prophet said: Whenever you see someone better than you in wealth, face or figure, you should look at someone who is inferior to you in these respects (so that you may thank Allah for His blessings) (Bukhari, Muslim). Next time you sit down to eat, eye the table carefully. Check out the selection of food, the quality, the taste, the quantity, and then think of the millions of others who don't have even half as much. The Prophet's Hadith reminds us of this so that we can appreciate and thank God for all that we have. Also remember that the Prophet only encouraged us to compare ourselves to others in two respects: in our Islamic knowledge and level of belief in God (Deen). In these two areas, we should compare ourselves with those who have more than what we do. 14. Say it Loud: Allahu Akbar, Allahu Akbar: Takbirat & AdhanFind a corner of a lake, go out in the wilderness, or even stand on your lawn at your home and call the Adhan with your heart. While driving, instead of listening to the same news over and over again, say Allahu Akbar as loudly as you can or as softly as you want, based on your mood. Year ago, I remember calling Adhan on a Lake Michigan shore in Chicago after sunset as the water gushed against my knees. I was calling it for myself. There was no one else accept the waves after waves of water with their symphony. It was relaxing and meaningful. Allahu Akbar, Allahu Akbar. 15. Pray in congregation (Jamat)Pray with other people instead of alone. If you can't pray all five prayers in congregation, at least find one or two prayers you can pray with others. If you are away, establish Jamat in your own family. During the Prophet's time, even though the Muslims endured great persecution, including physical beatings, they would sometimes meet on the side of a mountain or valley and tried to pray together. This is a great morale booster. 16. How is your Imam's Dua?Does the Imam at your local mosque make Dua silently or out loud? Ask him to supplicate with the whole congregation. Suggest Duas for him to make. Ask him to make Dua for other people. 17. Work for the Unity of Muslims Bringing Muslims together will not only help the Muslims, but it will also encourage you to focus your energies on something constructive versus zeroing in on and consistently fretting about difficulties you are going through. Invite Muslims from other ethnic groups to your functions. Visit Masjids other than yours in your city. When you meet a Muslim leader, after thanking him for his efforts, ask him what he is doing for Muslim unity. Ask Imams to make Dua for this. These are just small ways you can help yourself and the Muslim community. 18. Sleep the way the Prophet sleptEnd your day on a positive note. Make Wudu, then think of your day. Thank Allah for all the good things you accomplished, like Zikr and Salat. Ask yourself what you did today to bring humanity together and what you did to help Muslims become servants of humanity. For everything positive, say Alhamdu lillah (Praise be to Allah). For everything negative say Astaghfirullah wa atoobo ilayk (I seek Allah's forgiveness and I turn to You [Allah]). Recite the last two chapters of the Quran, thinking and praying as you turn on your right side with your hand below your right cheek, the way the Prophet used to sleep. Then close your day with the name of Allah on your tongue. Insha Allah, you will have a good, restful night. 19. Begin the Day on a Positive NoteGet up early. Get up thanking God that He has given you another day. Alhamdu lillahil lazi ahyana bada ma amatana, wa ilaihin Nushoor (Praise be to Allah Who gave us life after death and unto Him will be the return). Invest in an audio tape driven alarm clock so you can get up to the melody of the Quran. Or Let Dawud Wharnsby's joyful notes put you in a good mood. Sing along if you like. Develop your to do list for the day if you didn't do it the night before. Begin with the name of Allah, with Whose name nothing in the heavens or the earth can hurt you. He is the Highest and the Greatest. (Bismillahillazi la yazurru maa ismihi shaiun fil arze wa la fis samae, wahuwal Alee ul Azeem). The Prophet used to say this after every Fajr and Maghrib prayers. 20. Avoid Media Overexposure: Switch from News to BooksDon't spend too much time checking out the news on the radio, television or internet. Spend more time reading good books and journals. When you listen to the persistent barrage of bad news, especially relating to Muslims nowadays, you feel not only depressed, but powerless. Cut down media time to reduce your stress and anxiety. It's important to know what's going on but not to an extent that it ruins your day or your mood. 21. Pray for Others to Heal Yourself. The Prophet was always concerned about other people, Muslims and non-Muslims, and would regularly pray for them. Praying for others connects you with them and helps you understand their suffering. This in itself has a healing component to it. The Prophet has said that praying for someone who is not present increases love. 22. Make the Quran your PartnerReading and listening to the Quran will help refresh our hearts and our minds. Recite it out loud or in a low voice. Listen to it in the car. When you are praying Nafl or extra prayers, pick it up and use it to recite portions of the Quran you are not as familiar with. Connecting to the Quran means connecting to God. Let it be a means to heal your heart of stress and worries. Invest in different recordings of the Quran and their translations. "O humanity! There has come to you a direction from your Lord and a cure for all [the ills] in men's hearts - and for those who believe, a Guidance and a Mercy" (Quran 10:57). 23. Be thankful to Allah "If you are grateful, I will give you more" (Quran 14:7). Counting our blessings helps us not only be grateful for what we have, but it also reminds us that we are so much better off than millions of others, whether that is in terms of our health, family, financial situation, or other aspects of our life. And being grateful for all we have helps us maintain a positive attitude in the face of worries and challenges we are facing almost daily. 24. Ideals: One step at a timeIdeals are wonderful things to pursue. But do that gradually. Think, prioritize, plan, and move forward. One step at a time. 25. Efforts not Results Count in the Eyes of AllahOur success depends on our sincere efforts to the best of our abilities. It is the mercy of Allah that He does not demand results, Alhamdu lillah. He is happy if He finds us making our best sincere effort. Thank you Allah! Labels: artikel
Tempat Ziarah di Mekkah
Sumbangan dari Ibu Naih Soepangat - Arlington, Texas Mekkah adalah kota kelahiran Rasulullah Saw. Istri Nabi Ibrahim, Siti Hajar dan puteranya yang masih balita, Ismail, merupakan penghuni pertama lembah gersang dengan bukit-bukit batu di sekelilingnya. Menyusul kemudian orang-orang dari Bani Jurhum. Rasulullah memulai dakwahnya di Mekkah sebelum akhirnya hijrah ke Madinah pada 622 Masehi. 1. Ka’bahTempat ini juga disebut “Rumah Allah” merupakan symbol penyembahan pada Sang Maha Pencipta. Ka’bah dibangun oleh Nabi Ibrahim. Ketika Muhammad masih muda, Ka’bah nyaris hancur karena terkena banjir. Masyarakat Quraisy membongkar dan membangunnya kembali. Saat itulah Muhammad dipuji semua kalangan karena berhasil menghindarkan perselisihan antar kabilah yang berebut untuk meletakkan kembali Hajar Aswad pada tempatnya. 2. Shafa - MarwaDua puncak bukit batu berjarak sekitar 700 meter berada disamping Ka’bah. Antara kedua bukit itulah Siti hajar, istri Nabi Ibrahim, diyakini berlari bolak balik untuk mencari air bagi Ismail yang sedang kehausan. Kini bukit shafa dan Marwa telah menjadi bagian dari Masjidil Haram. Berjalan antara kedua tersebut (sa’i) merupakan salah satu kewajiban yang harus ditunaikan jamaah haji atau umrah. 3. Sumur Zam-zamMata air yang ditemukan Siti Hajar saat Ismail kehausan. Zam-zam sempat kering bahkan dilupakan keberadaannya. Adalah Abdul Muthalib, kakek Rasulullah yang berhasil menemukannya kembali. Sekarang sumber air itu dibangun dibawah lantai tempat thawaf. Pemerintah Saudi menyalurkannya dalam keran-keran dengan es pendingin. Jamaah tak perlu repot mengambil air zam-zam untuk dibawa pulang, karena penyelenggara telah menyiapkan dalam jerigen sebagai oleh-oleh. 4. Maqam IbrahimIni bukan maqam Nabi Ibrahim, karena Nabi Ibrahin itu dikuburkan di Hebron Palestina. Ini adalah tempat Nabi Ibrahim berada saat membangun Ka’bah dibantu oleh Nabi Ismail. Ditempat ini, jamaah disunnahkan untuk shalat dua rakaat dan berdo’a selesai melakukan thawaf. 5. Gua Hira (Jabbal Nur)Sekitar enam kilometer diluar kota Mekkah terdapat bukit batu terjal. Didekat puncaknya, dilereng yang menghadap lembah Mekkah, terdapat sebuah gua. Tempat yang tersembunyi dan sepi inilah yang dipilih Muhammad untuk menyepi. Digua inilah Muhammad menerima wahyu pertamanya, surat Al’Alaq 1-5 saat ia berusia 40 tahun. “Iqra,” ujar malaikat Jibril saat menjumpainya untuk menyampaikan wahyu Allah. “Iqra” artinya “bacalah”. 6. Gua Tsur (Jabbal Tsur)Rasulullah dan Abubakar memilih gua diselatan Mekkah ini untuk bersembunyi selama tiga hari, sebelum kemudian berputar menuju Madinah yang berada diutara Mekkah. Kisah persembunyian ini merupakan satu bagian yang paling dramatis dalam peristiwa Hijrah. 7. Padang ArafahPada tanggal 9 Dzulhijjah, dengan berpakaian Ihram seluruh jamaah haji berkumpul dalam tenda-tenda dipadang sekitar 12 km diluar Mekkah. Peristiwa yang disebut “Wukuf” ini merupakan tiang ibadah haji. DiArafah terdapat Jabal Rahmah sebuah bukit yang konon merupakan tempat pertemuan Nabi Adam dan Siti Hawa. diArafah pula Rasulullah menyampaikan pesan terakhirnya sebelum wafat dalam khutbah ringkas yang sangat menggugah. 8. Masjid NamirahIni bagian dari Arafah. Pada saat hari haji tiba 9 Dzulhijjah, Rasulullah dari Mina berhenti ditempat ini. Sekitar waktu Dhuha tersebut beliau beristirahat ditenda merahnya ditempat ini, sampai zuhur tiba. Setelah itu Rasulullah baru bergerak ketengah padang Arafah dekat Jabbal Rahmah. Ditempat tenda Rasul tersebut, kini dibangun mesjag Namirah. 9. MuzdalifahTempat ini berada diantra Arafah dan Mina. Ketika sore berganti malam, Rasul bergerak dari Arafah ke Mina. Namun kemudian Rasul bermalam di Muzdalifah. Disitu pula Rasul memungut kerikil yang dipakai untuk melempar “Jumrah” di Mina. 10. MinaDitengah ini terdapat tiga lokasi yang menjadi symbol agar setiap muslim terus memerangi setan. Nabi Ibrahim tiga kali dicegat oleh Iblis yang membujuk agar dirinya urung mengorbankan Ismail. Ibrahim lalu melempar iblis dengan kerikil. Tiga tempat itu lalu dikenal sebagai Jumrah Ula, Jumrah Wutsha dan Jumrah Aqaba. Rasulullah memberi contoh melemparkan masing-masing tujuh kerikil ditiga jumrah tersebut. Pelemparan dapat dilakukan dari lantai bawah maupun atas. Pada tanggal 10 Dzulhijah, tempat ini sangat padat. Labels: artikel, hajj
Haji, Arti dan Persyaratannya
Sumbangan tulisan: Ibu Naih Soepangat - Arlington, Texas 1. Pengertian HajiHaji ialah berkunjung ke Baitullah Al Haram di Mekkah Al Mukaramah untuk melakukan Thawaf, Sa’i, wukuf di Arafah dan melakukan amalan-amalan yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. 2. Hukum Ibadah HajiIbadah Haji diwajibkan Allah kepada kaum muslimin yang telah mencukupi syarat-syaratnya. Menunaikan ibadah haji diwajibkan hanya sekali seumur hidup. Selanjutnya yang kedua kali dan seterusnya hukumnya sunnat. Barang siapa yang bernazar haji, wajib melaksanakannya. “Mengerjakan Haji merupakan kewajiban hamba terhadap Allah, yaitu bagi yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkarinya, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta Alam”.(QS. 3:97)Firman Allah yang lain: “Dan sempurnakanlah ibadah haji serta umrah karena Allah”. (QS” 2:196)Sabda Rasulullah SAW: “Wahai semua manusia diwajibkan atas kamu berhaji, maka berhajilah”. (HR: Muslim dan Nasa’i). Haji adalah salah satu rukun Islam yang lima, sebagaimana yang tercantum dalam haditz Rasulullah Saw: “Islam didirikan atas lima perkara: Kesaksian bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan/Rasul Allah. Mendirikan Shalat. Mengeluarkan zakat. Puasa dibulan Ramadhan. Haji ke Baitullah (bagi siapa yang mampu melakukannya”. (HR: Muttafaqun ‘Alaih) “Haji yang wajib itu hanya sekali. Barangsiapa melakukan lebih dari sekali, maka yang selanjutnya merupakan haji tathawwu’ (sunnat)”. (HR: Abu Dawud, ahmad dan Al-Hakim) 3. Hikmah HajiDiantara hikmah haji adalah membersihkan jiwa dari berbagai pengaruh dosa. Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah Saw: “Barangsiapa menunaikan haji kerumah ini (Ka’bah) dan ia tidak melakukan senggama serta tidak berbuat fasiq, maka akan keluar dari dosa-dosanya, seperti hari dilahirkan oleh ibunya”. (HR: Muttafaqun ‘Alaih) 4. Syarat-syarat Hajia. Islam b. Baligh (dewasa) c. Aqil (berakal sehat) d. Merdeka (bukan budak). e. Istitha’ah (mampu) 5. Rukun Hajia. Ihram (niat) b. Wukuf di Arafah c. Thawaf Ifadah d. Sa’i e. Tahallul (Cukur) f. Tertib Rukun Haji tidak dapat ditinggalkan. Apabila tidak dipenuhi, maka hajinya batal. 6. Wajib Hajia. Ihram, yakni niat berhaji dari Miqat b. Mabit di Muzdalifah c. Mabit di Mina d. Melontar Jamrah Ula, Wutsha dan Aqabah e. Tawaf Wada bagi yang akan meninggalkan Makkah Wajib haji ini adalah ketentuan yang apabila dilanggar maka hajinya tetap sah, tetapi wajib membayar dam. 7. Sunnat Hajia. Mandi sunnat Ihram b. Bertalbiyah c. Melakukan tawaf Qudum bagi orang yang mengerjakan Haji Ifrad dan Haji Qiran d. Bermalam di Mina pada malam Arafah e. Berlari-lari kecil ketika melakukan tawaf Qudum 8. Jenis-Jenis Hajia . Haji Tamattu’ ialah berihram untuk umrah pada bulan-bulan haji. Kemudian berihram untuk haji pada tahun yang sama dari Mekkah atau sekitarnya. Ketika bertalbiyah melafazdhkan: “Labbaika Allahumma ‘Umrattan” (Aku datang memenuhi panggilan-Mu Ya Allah untuk berumrah). b. Haji Qiran ialah berihram untuk umrah dan haji sekaligus pada bulan-bulan haji, dan tetap dalam keadaan ihram (tanpa tahallul) sampai hari nahar (tanggal 10 dzulhijjah). Atau berihram untuk umrah pada bulan-bulan haji, kemudian sebelum melakukan tawaf umrah ia memasukkan niat untuk haji. Ketika bertalbiyah mengucapkan: “Laabbaika Allahumma Hajjan wa ‘Umratan” (Aku datang memenuhi panggilan-Mu Ya Allah untuk berhaji dan berumrah). c. Haji Ifrad ialah berihram untuk haji pada bulan-bulan haji dari miqat, atau dari rumahnya bagi yang tinggal didaerah antara miqat dan Mekkah, atau dari Mekkah bagi yang tinggal disana. Kemudian tetap dalam keadaan ihram sampai hari Nahar, ini apabila ia membawa besertanya Hadyu (hewan sembelihan), kalau tidak maka dianjurkan baginya untuk merubah niat hajinya kepada umrah, sehingga menjadi haji tamattuh’. Ketika melafadzhkan talbiyah mengucapkan: “Labbaika Allahumma Hajjan” (Aku datang memenuhi panggilan-Mu Ya Allah untuk berhaji). 9. Kewajiban selama Ihrama. Menjalankan semua perintah Allah, seperti shalat wajib pada waktunya b. Menjauhi segala larangan Allah, seperti melanggar larangan-Nya, bertengkar atau mengucapkan kata-kata kotor. c. Menjaga diri dari perbuatan menyakiti orang lain, baik dengan perbuatan ataupun dengan perkataan. d. Menjauhi segala larangan selama ihram, yaitu: Jangan memotong kuku atau rambut, tetapi tidak ada hukumnya kalau rambut rontok sendiri. Jangan memakai wangi-wangian, kecuali wangi-wangian sebelum mengenakan ihram. Jangan membunuh, menakut-nakuti atau membantu dalam berburu binatang. Dalam kawasan al-Haram, tidak seorangpun diperbolehkan untuk memotong pohon, mencabut tanaman, atau mengumpulkan barang yang bukan miliknya kecuali untuk mengenali dan dikembalikan kepemiliknya. Jangan melamar atau melakukan pernikahan baik untuk dirinya sendiri atau mewakili orang lain. Hubungan badani juga dilarang. Kewajiban ini untuk laki-laki dan perempuan. 10. Hal-hal yang harus diperhatikana. Untuk laki-laki, dilarang menutupi kepalanya, tetapi menggunakan payung diperbolehkan. b. Untuk laki-laki, dilarang menggunakan pakaian yang berjahit dan dilarang memakai sepatu yang menutup tumit. c. Untuk wanita, dilarang memakai sarung tangan dan niqab (penutup muka) d. Diperbolehkan untuk memakai sandal, cincin, kaca mata, alat bantu pendengaran, jam tangan, dan ikat pinggang yang digunakan untuk menyimpan uang dan dokumen perjalanan. e. Diijinkan untuk mandi dan mengganti pakaian dan mencucinya. 11. Hukum bagi yang melanggar IhramHukuman terhadap pelanggaran larangan ihram adalah memotong seekor domba atau memberi makan 6 orang miskin atau puasa selama 3 hari. Pelanggaran ini tidak membatalkan haji atau umrah. Hubungan badani membatalkan Haji dan Umrah. Hukuman pelanggaran melakukan hubungan badani selama ihram adalah menyembelih seekor unta dan melaksanakan haji ditahun berikutnya. 12. Talbiyah“Labbaik Allahumma labbaik, labbaik la syarika laka labbaik, innal hamda wanni ‘mata wal mulk, la syarika lak” Artinya: “Aku datang Ya Allah memenuhi panggilan-Mu, aku datang Ya Allah, Aku datang. Tidak ada sekutu bagi-Mu, aku datang. Sesungguhnya segala puji dan kesenangan hanyalah untuk-Mu dan kekuasaan-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu”. 13. Macam-macam Tawafa. Tawaf Rukun (tawaf Ifadah dan tawaf umrah) b. Tawaf Qudum (tawaf kedatangan) c. Tawaf Sunnat (tawaf yang dikerjakan pada setiap kesempatan, tidak diikuti dengan sa’i) d. Tawaf Wada’ (tawaf perpisahan) 14. Syarat-syarat Tawafa. Suci dari hadats b. Menutup aurat c. Dimulai dari Hajar Aswad d. Menjadikan Baitullah (Ka’bah) disebelah kiri e. Dilaksanakan 7 kali putaran f. Berada didalam Masjidil Haram. g. Tidak ada tujuan lain selain tawaf h. Niat tawaf, yaitu dikala mengerjakan tawaf sunnah. Adapun tawaf rukun dan tawaf qudum tidak diperlukan niat. 15. Sa’ia. Didahului dengan tawaf b. Tertib c. Menyempurnakan 7 kali perjalanan diantara Safa dan Marwah d. Harus dilaksanakan ditempat sa’i, antara bukit Safa dan Marwah e. Tidak disyaratkan suci pada waktu mengerjakan sa’i. f. Diperintahkan untuk berjalan antara safa dan Marwah, dan berlari-lari kecil diantara 2 tanda hijau. Ini berlaku bagi laki-laki saja, wanita cukup berjalan seperti biasa. g. Waktu mengerjakan sa’i setelah melaksanakan tawaf ifadah/umrah. 16. TahallulMencukur/menggunting rambut paling sedikit 3 helai rambut adalah salah satu amalan ibadah dalam manasik haji dan umrah. Pelaksanaannya pada hari nahar sesudah melontar jamrah Aqabah. Bagi yang menduhulukan tawaf ifadah daripada melontar jamrah Aqabah, maka boleh setelah tawaf ifadah dan sa’i atau boleh diundur sampai hari-hari tasyrik. Dalam Ibadah umrah mencukur/memotong rambut dilaksanakan pada waktu selesai sa’i Labels: artikel, hajj
Artikel Pengajian Dec 06 (English)
The Importance of GratitudeWhat Is The Main Goal of Satan? In general, when we read about Prophet Adam, Eve and Iblees, we tend to forget to pay attention to what was said by Iblees before he left Paradise. “Iblees said: Because you have thrown me out of the Way, lo! I will lie in wait for them on Your Straight Way. Then I will assault them from before them and behind them, from their right and their left, nor will You find gratitude in most of them (for Your mercies).” 7: 16-17 Therefore according to the above ayats, the goal of Iblees is to make mankind infidels or ungrateful to Allah SWT. This enemy of Allah knows the basis of gratitude, so he will always work hard to turn as many human beings to be ingrates of the blessings of Allah SWT Is the mission of Iblees successful? The answer is “Yes”, as we observe the ingratitude of the majority of mankind in this world on the blessings bestowed upon them, in fact they became rejecters of the blessings of Allah SWT. What Are The Characteristics of Rejecting Blessings? These characteristics come in many fashions, such as: a. Ingratitude b. Disparaging the Giver, by feeling that all blessings that one experiences is the result of one’s hard work and one’s superiority, as practiced by Qarun when ordered to be grateful for his wealth and all the blessings bestowed upon him: “قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِندِي أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِن قَبْلِهِ مِنَ القُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا وَلَا يُسْأَلُ عَن ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ Qarun said: “This has been given to me because of a certain knowledge which I have.” Did he not know that Allah had destroyed, before him, (whole) generations, - which were superior to him in strength and greater in the amount (of riches) they had collected? But the wicked are not called (immediately) to account for their sins.” 28:78 c. using the blessings for immoral deeds or fulfilling sexual desires d. feeling proud and arrogant What Are The Remunerations On Those Who Reject Blessings? Allah SWT had threatened the rejecters of blessings with harsh punishments. These harsh punishments come in several forms, such as: a. the retractions of one’s blessings b. the loss of feeling blessed. Many people own an abundance of wealth and high status, but are discontented c. others are envious of him and make an effort to bring him down d. his punishments will be delayed until a certain time. However, the punishment will surely take place. Allah SWT says: وَضَرَبَ اللّهُ مَثَلاً قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُّطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِّن كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللّهِ فَأَذَاقَهَا اللّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُواْ يَصْنَعُونَ “Allah sets forth a Parable: a city enjoying security and quiet, abundantly supplied with sustenance from every place: yet was it ungrateful for the favors of Allah: so Allah made it taste of hunger and terror (in extremes) (closing in on it) like a garment (from every side), because of the (evil) which (its people) wrought.”16:112 What is the meaning of Gratitude? Shukur is derived from the term “shakara” among which meanings are “praises on goodness” as well as “fulfillment”. In the Al-Qur’an, “Shukur” is phrased alongside the term “kufur”, as decreed: And remember! Your Lord caused to be declared (publicly): “If you are grateful, I will add more (favors) to you; but if you show ingratitude, truly My punishment is terrible indeed.” 14:7 This is due to the fact that “Shukur” is also used to show what is obvious, while “kufur” means to “cover it”. Showing blessings is evidenced by sharing a part of those blessings with others, whereas covering it is by being miserly. The Mention of Shukur (Gratitude) In The Al-Qur’an This word is mentioned ten times in the Al-Qur’an, three of which relate to the characteristics of Allah while the remainder relates to human characteristics. “Shukur” is a superlative of the term “Shakir”. Allah says, “For He will pay them their wages, nay, He will give them (even) more out of His Bounty; for He is Oft-Forgiving, Most Ready to appreciate (service).” (35:30) “And they will say: Praise be to Allah, Who has removed from us (all) sorrow; for our Lord is indeed Oft-Forgiving ready to appreciate (service).” (35:34) What Is Meant By Allah As-Shakur (The Most Grateful)? Among the names of Allah (Asmaa-ul Husna) is Allah As-Shakur. Allah As-Shakur means: “He who proliferates however small the good deeds of His servant, and multiplies His rewards.” “The parable of those who spend their substance in the way of Allah is that of a grain of corn; it grows seven ears and each ear has a hundred grains. Allah gives manifold increase to whom He pleases; and Allah cares for all and He knows all things. (2:261) Therefore whoever responds in multifold to good deeds is deemed to be grateful of the good deeds and whoever praises those that do good deeds is also deemed as being grateful. Imam Ghazali defined Allah Shakur as, “He who rewards in plenty a doer of a little goodness/obedience. He who bestows timeless infinite blessings for limited good deeds done on finite days.” What Is The Importance Of Gratitude? a. Gratitude Is A Characteristic Of Allah As mentioned above, Gratitude is a characteristic of God. Allah says, “… For Allah is most ready to appreciate (service), Most Forbearing.” (64:17) Allah decrees to His servants to be grateful, and forbids us from covering the truth (being ungrateful). Besides, Allah praises those who rejoice in gratitude, and deems them as special human beings, as well as being a key phrase of the inhabitants of Paradise. “They will say: Praise be to Allah, Who has truly fulfilled His promise to us, and has given us (this) land in heritage; we can dwell in the Garden as we will; how excellent a reward for those who work (righteousness)!” (39:74) b. Gratitude Is The Position Of The Prophets Allah says, “…You work, sons of David, with thanks! But few of My servants are grateful!” (34:13) All the Prophets (AS) were decreed to be grateful for the bountiful blessings bestowed upon them, especially the blessing of Guidance. Allah says: كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولاً مِّنكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُم مَّا لَمْ تَكُونُواْ تَعْلَمُونَ A similar (favor you have already received) in that We have sent among you a Messenger of your own, and instructing you in Scriptures and Wisdom, and in new Knowledge.” (2:151) فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُواْ لِي وَلاَ تَكْفُرُونِ “Then you remember Me; I will remember you. Be grateful to Me, and do not reject Faith.” (2:152) c. Gratitude Indicates The Cleansing Of The Heart A person with gratitude means his heart and being is still pure because a person with a clean heart rejoices in goodness, hence is grateful for it. Besides that, gratitude will also cleanse one’s heart and brings him closer to Allah As-Shakur, and will encourage him to do many good deeds. Therefore, the more the number of grateful human beings, the greater unity there is among the Muslims. 4. What Is The Result Or The Fruit Of Gratitude? a. The Fruit Of Gratitude Will Be Enjoyed By The Grateful Faidah or the fruit of gratitude will return to the grateful himself. The same is true with rejection/covering of truth, the loss with be experienced by the rejecter himself. Due to the fact that Allah has no need of anyone and one’s gratitude will not increase anything for Him, the same is true where one’s rejection will not reduce anything from Him. Allah says: وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَن يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ “We bestowed (in the past) wisdom on Luqman: Show (your) gratitude to Allah. And who is (so) grateful does so to the profit of his own soul; but if any is ungrateful, verily Allah is free of all wants, worthy of all praise.” (31:12) b. The Blessings Are Eternal The Prophet (SAW) said, “And a blessing is intertwined with gratitude.” c. The Blessings Will Increase Allah says, “… If you are grateful, I will add more (favors) to you…” (14:7) d. Humility Gratitude will produce tawadu or humility, because being grateful means one acknowledges and ascertains that all of his blessings are from Allah SWT. That was why when the Prophet (SAW) received good tidings, he would prostrate in gratitude to Allah SWT. e. Love Allah With gratitude for Allah’s blessings, one will love the Giver of the blessings. The Prophet (SAW) said, “Love Allah, because He has blessed you.” f. Prevention From Punishment Allah SWT says: “مَّا يَفْعَلُ اللّهُ بِعَذَابِكُمْ إِن شَكَرْتُمْ وَآمَنتُمْ وَكَانَ اللّهُ شَاكِرًا عَلِيمًا “What can Allah gain by your punishment, if you are grateful and you believe? Nay, it is Allah that recognizes (all good), and knows all things.” (4:147) g. Gaining Allah’s Acceptance Allah says: وَإِن تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ “… and if you are grateful, He is pleased with you…” (39:7) A Variety Of Expressions Of Gratitude Gratitude could be expressed i.e.: a. By feeling conscious of the bounty of blessings from Allah SWT. b. Feeling lacking of gratitude to Him. c. Acknowledging the immensity of Allah’s patience. d. Understanding that all blessings originate from Allah SWT, and by right he does not deserve to receive it. e. Being grateful to a person who does good. “Whoever is not grateful to others is not grateful to Allah.” Hadeeth f. Not refusing blessings although small and receiving it open heartedly. g. By being grateful because one is able to feel gratitude for the blessings. Three Types Of Gratitude First: Gratitude Through Utterance That is to praise Allah by saying: “Alhamdulillah” (Praise Be To Allah), and showing the blessing. وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ “Therefore the Bounty of your Lord – rehearse and proclaim!” (93:11) Second: Gratitude Through The Heart By acknowledging that a blessing comes from Allah SWT, and not attributing it to others, by accepting it in whatever form with high spirits, by considering how bountiful the blessing is no matter how little, and by acknowledging that the blessing is bestowed on him due to His benevolence and not because one deserves to receive it. Third: Gratitude Through Action To show gratitude through action is to experience the essence of shukur, or by appropriately utilizing God’s gift as intended by Him. This means that we should use all of Allah’s gifts in this world for the purpose intended by Him. This also means that we should study why Allah created the sea, the wind, the earth, etc. What are His intentions? As caliphs, we should be able to move all creations towards the purpose set by the Creator. Is it permitted to pick a flower before it is in full bloom? No! The reason being that it is not created for that purpose. Is it good to eat in bed? No, because a bed is not created as a place to eat, and so forth. The closer our outlook and action are to those descriptions, the more grateful we are. Two Levels of Gratitude There are two levels of gratitude: First: Gratitude for the blessings that are pleasing. Second: Gratitude for the blessings that are pleasing and any unpleasant experience (being afflicted with disaster or calamity.) A Muslim mystic asked someone, “How do you deem gratitude?” “When we receive a blessing that is pleasing, we praise God, and when not, we are patient,” answered the person. The Muslim mystic remarked, “It is not so for us; if we receive a blessing, we would let another experience it first before we do to the point that we would give it to him, and when we do not receive a blessing, we are still grateful, because we feel that even in disaster, we are not void of His blessings.” رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ “… Oh my Lord! Grant me that I may be grateful for Your favor which You have bestowed upon me, and upon both my parents, and that I may work righteousness such as You may approve; and be gracious to me in respect of any offspring. Truly have I turned to You and truly I do bow (to You) in Islam. (46:15) Labels: artikel, assyifa
Artikel Pengajian Nov 06 (English)
Adhomir (Inner Heart)Dhomir or the Inner Heart (conscience) is the most important element in our body. The core of a human’s value is dependent on his dhomir. When observing a cruel or impolite person, an Arab would often say, “huwa mainduh dhomir” (he has no dhomir). It means the voice of his heart is dead. Question In order to further understand dhomir or the inner heart, try answering the following questions: 1. You are eating on the roadside, suddenly a young five year old girl stands right in front of you, watching the food in your hand with anticipation. Which voice would appear in your heart at that instant? 2. Imagine, the moment you are walking alone in a beautiful garden. You see a family: a father, a mother with two young and cute children are having a good time. Which voice would appear in your heart at that instant? 3. Try to imagine this situation: One of your co-workers was sent off for management training by your company for two weeks. Meanwhile you were not chosen to go. How would you feel? 4. Two weeks later, he returns to work with excitement, showing off his certificate to you. What voice appears in your heart? 5. You are standing on a clean floor, with the tiles looking all shiny. Suddenly you spotted a dirty piece of paper by your feet. What voice do you feel in your inner heart? 6. Later someone carelessly throws a cigarette butt there. What inner voice do you hear? 7. On the road, you witness a young man attempting to snatch an elderly woman’s purse. What type of emotion would you experience at that moment? 8. Then you realize that the purse snatcher carries a gun. What do you feel? 9. You are in the middle of a green garden. Suddenly you see a flower of red, orange and purple colors. What do you feel? 10. Suddenly a young man brusquely plucks the flower. What do you feel? Positive Answers If your answers to the above questions were positive, it means that you still possess pure dhomir. Further, the answers should ‘match’ Allah’s characteristics as found in the ‘Asmaul Husna’. For example, Allah is The Protector, The Most Compassionate and the Lovingly Beneficent, etc. Allah says in the Qur’an: Whatever beings there are in heavens and on the earth do prostate themselves to Allah (acknowledging subjection), - with good-will or in spite of themselves: so do their shadows in the mornings and evenings. (13:15) When your Lord drew forth from the Children of Adam – from their loins – their descendants, and made them testify concerning themselves, (saying): “Am I not your Lord (Who cherishes and sustains you)?” they said: “Yes! We do testify!” (This), lest you should say on the Day of Judgment: “Of this we were never mindful”. What Could Conceal The Inner Heart (Dhomir) Nonetheless there are times when the inner heart is concealed or blind. Humankind often becomes lackadaisical about this fact, which in the end results in their plunging into evil doing, unethical behaviors, obstinacy, immorality, etc. There are seven factors that “enslave” the inner heart, which sometimes make a person ‘blind’ without realizing it. 1. Presumption 2. Principles of life 3. Experience 4. Importance 5. Viewpoint 6. Comparison 7. Literature Allah says in the Qur’an: “When I have fashioned him (in due proportion) and breathed into him of My spirit, you fall down in obeisance to him. So the angels prostrated themselves, all of them together. Not so Iblis; he was haughty, and became one of those who reject Faith.” (38:72-74) 1. PRESUMPTION “Our Lord! Make us not a (test and) trial for the Unbelievers, but forgive us, Our Lord! For You are the Exalted in Might, the Wise.” (60:5) One morning, during an interdepartmental meeting, the participants were discussing the results of a routine monthly evaluation. One participant started yawning in the middle of the serious meeting. The other participants immediately turned towards him, even his superior was shaking his head. The boss, who was leading the meeting, berated him, “I’m very disappointed with you; it appears that you don’t care about this important meeting!” The individual hung his head. With a pale face, he said, “I am sorry, I would like to convey that regretfully I am not able to be attentive in this meeting. However, considering its importance, I tried to attend.” His eyes started tearing up. “Last night, my child was in an accident. He is being treated in the ICU, and is in a comma. So, I wasn’t able to sleep at all last night.” All the participants of the meeting became stunned. They had fallen into a presumption, a preconceived notion and a prejudice which regarded that: “If someone yawns during an important meeting, it can be interpreted that that person is not enthusiastic.” And a negative presumption occurred. Solutions 1. Avoid making frequent bad presumptions, make an effort to think well of others. 2. The Influence of the Thought Process One’s actions depend heavily on his thought process. Every person is given the freedom to choose for oneself. Negative thoughts will multiply and become reinforced as the information system becomes more advanced, and the information media such as the television, magazines and newspapers keep bombarding our thought process with news of murder, fraud and other crimes. In the end, many of us are influenced by it; often harboring negative presumptions and feeling suspicion towards others. These negative presumptions continue to flow and transform one into becoming ‘defensive’ and withdrawn because he often harbors presumptions that others are dangerous. As a result, one’s own self experiences loss, for example, he will be demoted at his job, he is not able to cooperate with others, he will miss precious opportunities; in fact he becomes a social outcast. On the other hand, one who possesses a free inner heart will be more able to protect his thoughts. He is able to choose a positive response even in the most devastating situation. He will keep thinking positively and always think well of others. He encourages and enjoins his circle of influence to trust each other, help each other, to be open and cooperative. The outcome is a ‘smart alliance” which will create a peak performance. He is the king of his own thought. So: Avoid having bad presumptions, and make an effort to think well of others. “But most of them follow nothing but fancy: truly fancy can be of no avail against Truth. Verily Allah is well aware of all that they do.” (10:36) 2. THE PRINCIPLES OF LIFE “The parable of those who take protectors other than Allah is that of the Spider, who builds (to itself) a house; but truly the flimsiest of houses is the Spider’s house; - if they but knew.” (29:41) In the most recent decades, we have frequently witnessed many principles of life which result in a variety of human actions. The principles of life that they adopt and have faith in have created many kinds of beliefs with their own agenda. Every person is shaped by the principle which he adopted. The outcome is usually deemed awesome, terrifying, even saddening. “If Allah had found in them any good, He would indeed have made them listen: (as it is), if He had made them listen, they would but have turned back and declined (faith). (8:23) Solution 2 Abide by Allah The Everlasting. 3. EXPERIENCE “By no means! But on their hearts is the stain of the (ill) which they do!” (83:14) Life experiences and one’s sphere will heavily influence one’s way of thinking, which eventually leads to the emulation of one’s social circle. For instance, when a person exists in a bad social circle, he will become like that circle. For example, a child who is raised with love and affection (acceptance) and in a close-knit family will learn to live with feelings of love and camaraderie. So is the opposite true. “Let there be out of you a band of people inviting to all that is good, enjoining what is right, and forbidding what is wrong; they are the ones to attain felicity.” (3:104) Allah's Apostle said, "The example of a good companion (who sits with you) in comparison with a bad one, is I like that of the musk seller and the blacksmith's bellows (or furnace); from the first you would either buy musk or enjoy its good smell while the bellows would either burn your clothes or your house, or you get a bad nasty smell thereof." (Bukhari-Muslim) Solution 3 Liberate yourself from experiences that shackle your way of thinking; think freedom! 4. PRIORITIES “By (the Token of) Time through the Ages, Verily Man is in loss, Except such as have Faith, and do righteous deeds, and (join together) in the mutual teaching of Truth, and of Patience and Constancy.” (103:1-3) The placing of importance will establish the priorities of actions taken by an individual. For example, an individual leaning towards politics will think of what could be beneficial in the form of politics. Those who place importance on self worth will prioritize their decisions towards increasing their self worth, etc. Often our inner heart (dhomir) will also contribute in providing important information in determining our priorities. However, that inner heart is often disregarded by distracting desires or such importance placed in achieving long-term benefits. “Twice will they be given their reward, for that they have persevered, that they avert Evil with Good, and that they spend (in charity) out of what We have given them.” (28:54) “O you who believe! Fear Allah, and let every soul look to what (provision) he has sent forth for the morrow. Yes, fear Allah: for Allah is well-acquainted with (all) that you do.” (59:18) Solution 4 Listen to your inner heart, hold on to the principle of “for the sake of Allah”, think extensively before deciding on importance and priorities. 5. VIEWPOINT “Nor do I absolve my own self (of blame); the (human) soul is certainly prone to evil, unless my Lord bestows His Mercy; but surely my Lord is Oft-Forgiving, Most Merciful.” (12:53) One’s viewpoint will influence his thoughts and actions. Hence, before we decide on something or take an action, we should look at all angles wisely based on the inner heart that is derived from Asmaul Husna. “Invite (all) to the Way of your Lord with wisdom and beautiful preaching; and argue with them in ways that are best and most gracious; for your Lord knows best who have strayed from His Path, and who received guidance.” (16:125)I “O you who believe! Obey Allah, and obey the Messenger, and those charged with authority among you. If you differ in anything among yourselves, refer it to Allah and His Messenger, if you do believe in Allah and the Last Day; that is best, and most suitable for final determination.” (4:59) Solution 5 Look at all angles wisely based on the voice of the inner heart that is derived from Asmaul Husna (99 thinking hats). 6. COMPARISON “And obey Allah and His Messenger; and fall into no disputes, lest you lose heart and your power depart; and be patient and persevering, for Allah is with those who patiently persevere.” (8:46) Frequently in a meeting, a harsh and unpleasant argument occurs where one group says “A” while the other says “B”. In fact, after persisting for a while, no agreement was reached, yet they often debate with each other. Among its causes is the fact that we frequently value something based on the comparison of past experiences as well as our own imagination that we create in our own thought. The framework of evaluation in our thought changes easily within a fraction of a second. We could imagine how our relations can quickly create and change our way of thinking by every second. In the end, we will be the victim of our association’s molding. Don’t make an observation based on your bias; but look at it has in value. “But they have no knowledge therein. They follow nothing but conjecture; and conjecture avails nothing against Truth.” (53:28) “We have explained in detail in this Qur’an, for the benefit of mankind, every kind of similitude; but man is, in most things, contentious. (18:54) Solution 6 Examine your thoughts first before making an evaluation on something. Don’t make an observation based on your bias; but look at what it has in value. 7. LITERATURE “Such (evil ones) really hinder them from the Path, but they think that they are being guided aright! (43:37) If we study and contemplate carefully, we will realize that in actuality Unconscious Thinking as cited by Napoleon Hills, or The Magic of Thinking Big as cited by David J. Schwartz, PhD, as well as Emotional Intelligence as cited by Robert K. Cooper, PhD, all have the same principle, yet goes by different terms. That is the shape of their research to look for true values which in the end will arrive at one source (consciously or otherwise) – to affirm the truth of Allah SWT, Al-Qur’an and the teaching of Prophet Muhammad SAW. “Read! (or Proclaim!) in the name of your Lord and Cherisher, Who created-“ (96:1) “Nay, do not obey him; but bow down in adoration, and bring yourself the closer (to Allah)! (96:19) “And no question do they bring to you but We reveal to you the truth and the best explanation (thereof). (25:33) Solution 7 Don’t be enslaved by literatures, think freely, become one with an ‘Ummi’ heart. Labels: artikel, assyifa
|
|
|
|
|
|