Monday, October 31, 2005
Ifthar di Uni Washington Islamic House


"....sebagian orang akan menangis sedih bila Ramadhan akan berlalu," begitulah awal pembuka ceramah Ustadz Joban dikala ifthar bersama.

Memang betul tak terasa bulan Ramadhan begitu cepat berlalu, hanya 1 bulan setiap tahunnya, ibarat hanya menyapa dan meninggalkan kita dalam kurun waktu yang singkat.
Orang-orang yang memahami makna Ramadhan akan merasa kehilangan nikmatnya bulan suci, bulan penuh berkah dan ampunan ini. Semua ini hanyalah rahasia Allah SWT, semoga umur kita dipanjangkan dan masih bisa bertemu lagi untuk bulan Ramadhan tahun depan. Insya Allah di bulan suci ini, segala doa, ibadah, sodaqoh, amal baik kita semua diterima dan dilipatgandakan oleh Allah SWT.

Memasuki hari-hari terakhir di bulan Ramadhan ini tak lupa ucapan doa didalam shollat kita untuk memohon ampun dari segala dosa-dosa dan dijauhkan dari api neraka "Allah humma Aatikni minan naar wa ad khilnal jannata ya rabbal alameen"

Sudah satu bulan lamanya sejak pertemuan terakhir pengajian Assyifa, kita semua berkumpul kembali untuk menikmati ifthar bersama dengan Ustadz Joban. Kali ini acara bertempat di Univ. of Washington Islamic House. Alamatnya di 4625 22nd Ave NE, Seattle, 98105. Tempat ini baru mengalami renovasi, sehingga tempatnya memadai untuk mengakomodasi event besar seperti ifthar bersama baru-baru ini.

Waktu berbuka puasa dimulai jam 6.00 sore dan dilanjutkan shollat Magrib bersama. Para tamu pun berdatangan dari segala penjuru Seattle, mereka ingin berbuka bersama dan juga bersilaturahmi dengan teman dan keluarga. Dalam acara ini, saya melihat banyak anggota baru, para orang tua yang khusus datang berkunjung dari jauh dan para anggota dari UW Islamic House.

Makanan dan minuman pun tak kalah menarik dan beraneka ragam. Untuk berbuka ada Kurma, Es Teler, Es Cincau, Es Cendol, Frui Coctail, Getuk Lindri, Pisang Goreng, Batagor, Bakwan Udang, Agar Karang, aneka cookies, bolu, kue soes, pie, lumpia, Rujak Buah Makassar, teh panas.
Makanan ada Salad, Gulai kambing, Tongseng Kambing, Beef & Veggie Teriyaki, Ayam Semur, Ayam Bumbu Bali, Mie Goreng, Nasi Pulut Kuning, Nasi Goreng, Stir Fry Veggie, Sup Tekwan.
Mohon maaf ya kalau ada hidangan yang tidak disebutkan ^-^

Para tamu yang datang mungkin berkisar 150 orang, antrian pun panjang semuanya ingin menikmati makanan dan minuman yang tersaji. Penyajian makanan terbagi menjadi 2 buah meja besar, hidangan berbuka puasa dan hidangan utama.























Acara dilanjutkan dengan shollat Isya jam 7.30pm, diisi ceramah mengenai bulan Ramadhan dan Lailatul Qadr oleh Ustadz Joban. Meskipun ifthar ini sudah dipenghujung minggu Ramadhan; tetapi Ustadz Joban tetap memberikan semangat, nasihat dan peringatan di hari-hari terakhir bulan Ramadhan. Misalnya bagaimana mendapatkan malam 1000 bulan? Bisa dibaca dalam posting blog sebelumnya.





Acara Tarawih bersama dipimpin oleh Ustadz Joban dan berakhir pukul 8.30pm. Para ibu pun bersiap membereskan sisa-sisa hidangan dan para bapak membersihkan ruangan. Hampir semua makanan dan minuman habis terkonsumsi. Alhamdulillah semua yang datang dapat menikmati suasana di pengajian.











Akhir kata, atas nama rekan-rekan pengajian Assyifa, saya mengucapkan Selamat Hari Raya Iedul Fitri 1426 H.

Karena keterbatasan waktu dan tenaga, tidak semua anggota dan kegiatan dapat terliput oleh tukang jepret gambar. Tambahan foto always welcome. Silakan kirim ke assyifa_blog@yahoo.com


Photobucket - Video and Image Hosting

Saturday, October 29, 2005
Marketplace: Discount phonecards/kartu telepon


Sr. Lucy Oein sudah lama berjualan phonecards untuk rekan-rekan pengajian.
Phonecardsnya bisa dipakai ke seluruh dunia, tapi umumnya pelanggan memakai untuk ke Indonesia.
Jenis phonecards yang dijual:
Super Indo
Gold Access
Nusantara
Asia Top
Cendrawasih dan banyak lagi

Please contact Sr. Lucy if you want discount phonecards. Lebaran sudah diambang pintu; make sure everybody has enough stock of cards...

Phone : (253) 671-4065
E-mail : lucy_okey04@yahoo.com


Photobucket - Video and Image Hosting

Tuesday, October 25, 2005
How to Get The Night of Power

By Abdul Malik Mujahid

Laylatul Qadr (the Night of Power) is described in the Quran as, "better than a thousand months" (97:3). Any action done on this night such as reciting the Quran, remembering Allah, etc. is better than acting for one thousand months which do not contain the night of Qadr.

Allah's Messenger used to exert himself in devotion during the last ten nights to a greater extent than at any other time." (Muslim). Allah's peace and blessings be upon our beloved Prophet.

Aisha, may Allah be pleased with her, related that the Prophet said: Look for Laylatul Qadr on an odd-numbered night during the last ten nights of Ramadan (Bukhari).

The Prophet said: "Whoever prays during the night of Qadr with faith and hoping for its reward will have all of his previous sins forgiven." (Bukhari and Muslim recorded from Abu Huraira).

Here are some tips of things we can do on the Night of Power and the time before and after it.

1. Take a vacation for Allah

We take a break from our jobs for almost everything in life. Why not this time to focus on worshiping and thanking our Creator.

If this is not possible at least take a few days off if you can. This can make it easier to stay awake at night to do extra Ibadah, not having to worry about getting to work the next day.

It will also facilitate doing Itikaf.

2. Do Itikaf

It was a practice of the Prophet to spend the last ten days and nights of Ramadan in the masjid for Itikaf.

Those in Itikaf stay in the masjid all this time, performing various forms of zikr (the remembrance of Allah), like doing extra Salat, recitation and study of the Quran. They do not go outside the masjid except in case of emergencies, therefore, they sleep in the masjid. Their families or the masjid administration takes care of their food needs.

Itikaf of a shorter period of time, like one night, a day or a couple of days is encouraged as well.

3. Make this special Dua

Aisha, may Allah be pleased with her, said: I asked the Messenger of Allah: 'O Messenger of Allah, if I know what night is the night of Qadr, what should I say during it?' He said: 'Say: O Allah, You are pardoning and You love to pardon, so pardon me.' "(Ahmad, Ibn Majah, and Tirmidhi).

The transliteration of this Dua is "Allahumma innaka `afuwwun tuhibbul `afwa fa`fu `annee"

4. Recite the Quran

Perhaps you can choose Surahs or passages from the Quran which you have heard in Tarawih this past Ramadan to recite.

If you attend a class where the recitation of the Quran is taught, this is a great time to put your knowledge into practice.

5. Reflect on the meaning of the Quran

Choose the latest Surah or Surahs you've heard in Tarawih and read their translation and Tafseer. Then think deeply about their meaning and how it affects you on a personal level.

(If you want to study the Quran with more understanding, check out Way to the Quran and Access to Quranic Arabic.

6. Get your sins wiped out

Abu Huraira narrated that the Messenger said: Whoever stands (in prayer) in Laylatul Qadr while nourishing his faith with self-evaluation, expecting reward from Allah, will have all of his previous sins forgiven. [Bukhari and Muslim).

Don't just pray using the shorter Surahs that you know. Try to make your prayers longer, deeper and meaningful. If you are familiar with longer Surahs, read the translation and explanation and then pray reciting these Surahs, carefully reflecting on the meaning while you pray.

Even if you are only familiar with the shorter Surahs, read the translation and explanation beforehand, and then pray reflecting on the message of the Surahs.

This is a good way to develop the habit of concentration, even in regular prayers, where many of us tend to be fidgety and/or easily distracted.

7. Make a personal Dua list.

Ask yourself what you really want from Allah. Make a list of each and everything, no matter how small or how big it is, whether it deals with this world or not. Allah loves to hear from us. Once this list is ready, you can do three things:

• Ask Allah to give you those things
• Think about what actions you have taken to get those things
• Develop a work plan to get those things in future.

8. Evaluate yourself.

Ask yourself those questions that need to be asked. Do an evaluation of where you are and where you are going. Let this evaluation lead you to feel happiness for the good you have done and remorse for the bad you have done. (see a short and a long evaluation guide) This latter feeling should make it easier to seek Allah's sincere forgiveness when making the Dua mentioned in tip number one above.

9. Make long, sincere and deep Duas

One of the best times to do this is during the last part of the night.

Abu Huraira, may Allah be pleased with him, related that the Prophet said: When the last one-third of the night remains, our Lord, the Glorious One descends towards the heaven of the earth and proclaims: Who is that who supplicates for Me, and I grant his supplication? Who is that who begs Me for anything and I grant it to him? And who is that who seeks My forgiveness, and I forgive him? (Bukhari, Muslim).

That means for instance, waking up one hour before Suhoor time to ask Allah for anything and everything you want that is Halal. This can be done using the Duas of the Sunnah, but also Dua in your own language, with sincerity and conviction.

For some tips on making Dua please see the article Some personal Duas you can make.

10. Memorize a different Dua every night

They don't have to be long. They can be just one line. And be sure to know what they mean generally at least, even if you don't know the exact translation in English.

You can put them on index cards (or and keep them with you during the day, glancing at them during work, while driving, waiting in line, etc.) Then practice them at night in prayer.

11. Have Iftar with the family

If you've spent Iftar time on weekdays in your cubicle at work alone with a couple of dates, now is the last few days you'll have this Ramadan to spend with your family. Use it wisely.

12. Take the family to Tarawih

Have your spouse and kids missed Tarawih most of Ramadan because you weren't there to drive them to the Masjid, which is too far away to walk to? If so, do all of yourselves a favor and bring everyone for Tarawih in these last ten nights.

13. Attend the Dua after the completion of Quran recitation

Almost all Masjids where the Imam aims to finish an entire reading of the Quran in Tarawih prayers in Ramadan will be completing their recitation in these last ten nights. They may try to end on one of the odd nights and read the Dua at the end of a reading of the Quran. Attend this particular night's Tarawih prayer with your family. See if you can attend different Masjids' Tarawih prayers the night they finish reading the Quran.

14. Finish reading a book on the Prophet

Read about the Prophet's life, which can increase your love for him and Islam by seeing how much he struggled for Allah's sake. It may inspire you to push yourself even harder during these last ten nights. This community is built on sacrifice.

15. Plan for the next year

Once you've done a self-evaluation, you can plan on where you want to go, at least in the next 12 months. Laylatul Qadr is a great night to be thinking about this (without taking away from your worship), since you'll Insha Allah, be in a more contemplative state. You may choose to dedicate one night of power for evaluation and one night for planning for the next year


Photobucket - Video and Image Hosting

Sunday, October 16, 2005
Hadis Muslim: Kitab tentang PUASA

Atas saran dari seorang sister pengajian, khusus di bulan suci Ramadhan 1426 H, pengasuh akan memposting kumpulan hadis Muslim 'Kitab tentang PUASA' secara berkala dan bersambung sesuai urutan nomor hadis. Semoga bermanfaat dan menambah keimanan kita di bulan puasa ini. Ameen.

Sekilas tentang Imam Muslim
Imam Muslim adalah putra Hajjaj Al-Qusyairi An-Naisabury. Beliau dilahirkan di Naisabur, Iran pada tahun 204 H/ 875 M dan wafat di kota yang sama pada tanggal 24 Rajab 261 H/ 932 M.
Imam Muslim digelari "Asy-Syaikhani" atau imam besar dibidang hadis bersama Imam Al-Bukhari. Hadis keduanya ditempatkan sejajar oleh para ulama dalam kesahihannya di atas hadis-hadis yang diriwayatkan oleh imam-imam yang lain.
Beberapa imam atau tokoh lain yang berhasil menghimpun hadis-hadis Rasulullah SAW adalah Abu Dawud, Turmudzi, Nasai, Ibnu Majah, Ibnu Hanbal dll.

Sekilas tentang Imam Al-Bukhari
Al-Bukhari,lahir di Bukhara, Khurasan/Turkistan Barat pada tanggal 13 Syawal 194 H. Dengan nama Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim yang selanjutnya terkenal dengan nama tempat kelahirannya: Al-Bukhari (orang Bukhara).

Al-Bukhari, si yatim sejak usia kanak-kanak, berumur 10 tahun, sudah mendalami hadis Nabi Saw. Lawatannya ke Mekkah berawal pada usia 16 tahun, kemudian menetap di kota itu selama 2 tahun, sementara ibu dan kakaknya pulang kembali setelah mengantarkannya. Setelah pindah ke Madinah, ia menetap di Hijaz selama 6 tahun. Bashrah, Kufah, Baghdad, Mesir dan Syiria dikunjunginya pula dengan tujuan utama memburu hadis-hadis Rasulullah Saw, sehingga ia sempat bertemu dengan Imam Ahmad bin Hanbal. Semua itu ia lakukan dengan mengorbankan harta dan jiwa raganya hanya untuk memperoleh ridha Allah Swt.

Sekitar 300.000 hadis Nabi Saw. yang berhasil dihimpun oleh Al-Bukhari ditelitinya kembali secara cermat, baik dari segi sanad maupun matannya. Sehingga yang tersisa hanyalah yang dianggapnya sahih seperti yang terkodifikasi di dalam “Shahih Al-Bukhari” sebanyak 9 jilid. Hadis-hadis yang dikumpulkannya itu kesahihannya ditempatkan pada urutan pertama oleh jumhu ulama dibandingkan dengan kitab-kitabhadis yang lain. Kemudian disusul oleh “Shahih Muslim” pada urutan kedua, yang sebagian hadisnya juga di terimanya dari Al-Bukhari.

Pada tanggal 1 Syawal tahun 256 H. Allah memanggil Al-Bukhari pulang kehadiratNya Imam besar ini jenazahnya di makamkan di Khartank, dekat Samarkand.


Sumber buku:
Ringkasan Shahih Muslim
Disusun oleh Imam Al-Mundziri




Bab 1: Keutamaan Puasa
571. Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, ia berkata: Rasulullah SAW pernah bersabda,"Allah 'Azza wa Jalla telah berfirman, "Setiap amal manusia adalah baginya (bagi manusia sendiri), kecuali puasa, karena sesungguhnya puasa adalah milik-Ku dan Aku-lah yang membalasnya. Puasa adalah perisai (dari api neraka). Apabila seseorang berpuasa, nakalah jangan berkata keji/janganlah bersetubuh, dan janganlah menghina. Jika ia dicaci atau diajak bertengkar (dimusuhi), hendaklah dia katakan,"Sesungguhnya aku adalah orang yang berpuasa. Demi Allah yang menguasai diri Muhammad! Sungguh bau mulut orang yang berpuasa itu disisi Allah kelak pada hari kiamat lebih harum daripada bau minyak wangi (misik/kesturi). Orang yang berpuasa mendapat dua kesenangan: Ketika berbuka dia merasa senang, dan ketika bertemu Tuhannya dia merasa senang, karena pahala puasanya."
(Hadis ini juga diriwayatkan oleh Al-Bukhari, no hadis 1904)

Bab 2: Keutamaan bulan Ramadhan
572. Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah SAW pernah bersabda: "Apabila bulan Ramadhan tiba, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan diikat/dibelenggu".
(Hadis ini juga diriwayatkan oleh Al-Bukhari, no hadis 1899)

Bab 3: Jangan berpuasa satu atau dua hari menjelang Ramadhan
573. Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, ia berkata: Rasulullah SAW pernah bersabda, "Janganlah kamu mendahului Ramadhan dengan berpuasa satu atau dua hari, kecuali orang yang memang sudah terbiasa melakukan puasa tertentu, maka berpuasalah!".
(Hadis ini juga diriwayatkan oleh Al-Bukhari, no hadis 1914)

Bab 4: Berpuasa karena melihat bulan
574. Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, ia berkata: Rasulullah SAW menuturkan hilal (bulan awal tanggal) lalu bersabda,"Apabila kamu melihat hilal maka berpuasalah (tanggal 1 Ramadhan), apabila kamu melihat hilal (tanggal 1 Syawal) maka berbukalah dan apabila kamu melihat hilal tertutup (tak terlihat) olehmu maka hitunglah 30 hari!"
(Hadis ini juga diriwayatkan oleh Al-Bukhari, no hadis 1909)

Bab 5: Satu bulan 29 hari
575. Diriwayatkan dari Ummu Salamah r.a., bahwasanya Nabi SAW pernah bersumpah untuk tidak masuk ke tempat sebagian keluarganya selama satu bulan. Ketika telah berlangsung 29 hari beliau pergi mendatangi keluarga beliau, lalu beliau ditanya,"Bukankah Anda telah bersumpah untuk tidak masuk ke tempat kami selama 1 bulan, wahai Nabi?' Beliau menjawab,"Sesungguhnya satu bulan itu adakalanya 29 hari."
(Hadis ini juga diriwayatkan oleh Al-Bukhari, no hadis 1910)

576. Diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a, dari Rasulullah SAW pernah bersabda: Kami adalah umat yang ummi yang tidak pandai menulis dan menghitung, sebulan itu sekian, sekian dan sekian (beliau melipat ibu jarinya tiga kali) dan sebulan itu sekian, sekian dan sekian, yakni lengkap 30 hari.
(Hadis ini juga diriwayatkan oleh Al-Bukhari, no hadis 1913)

Bab 6: Sesungguhnya Allah membentangkan hilal untuk dilihat
577. Diriwayatkan dari Abul Bakhtari r.a, ia berkata: Kami pernah keluar untuk umrah. Ketika kami sampai ke Nakhlah, kami saling melihat bulan. Sebagian orang mengatakan, bulan sudah tiga hari, sebagian yang lain mengatakan, bulan sudah dua hari. Kata Abul Bakhtari: Kemudian kami menemui Ibnu Abbas dan kami katakan," Kami telah melihat bulan. Lalu sebagian orang mengatakan bahwa bulan telah tiga hari dan sebagian yang lain mengatakan bahwa bulan telah dua hari." Ibnu Abbas bertanya, "Menurut kamu, bulan sudah muncul berapa hari?' Kami menjawab, sekian dan sekian." Maka Ibnu Abbas mengatakan,"Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah bersabda, "Sesungguhnya Allah membentangkan bulan agar bisa dilihat, maka mulailah hitungan pada malam kamu melihatnya."

Bab 7: Masing-masing negeri berbeda ru'yat
578. Diriwayatkan dari Kuraib, bahwa Ummu Fadhl binti Al-Harits pernah mengutusnya ke Muawiyah r.a. di Syam. Kata Kuraib, "Aku pun datang ke Syam lalu aku sampaikan pesan Ummu Fadhl dan tibalah awal Ramadhan ketika aku berada di Syam, maka aku melihat bulan di malam Jumat, lalu aku datang ke Madinah di akhir bulan, kemudian aku ditanya oleh Abdullah bin Abbas, lalu dia membicarakan tentang hilal (bulan yang tampak diawal tanggal), kemudian dia bertanya,"Kapan kamu melihat hilal?" Aku menjawab,"Kami melihatnya pada malam Jumat." Dia bertanya, "Kau melihatnya?" Aku menjawab,"Ya, dan orang-orang juga melihatnya, lalu mereka berpuasa, Muawiyah juga berpuasa." Kata Ibnu Abbas,"Tapi kami melihat hilal pada malam Sabtu, maka kami selalu berpuasa sehingga kami sempurnakan 30 hari, kecuali kalau kami melihat hilal." Lalu aku bertanya,"Mengapa kamu tidak mengikuti ru'yat Muawiyah dan puasanya?" Dia menjawab, "Tidak. Demikian Rasulullah SAW mengajarkan kepada kami." Yahya bin Yahya ragu-ragu tentang bunyi lafal tersebut apakah nakfii ataukah takfii.

Bab 8: Dua bulan hari raya, tidak berkurang
579. Diriwayatkan dari Abu Bakrah r.a, dari Nabi SAW., beliau bersabda: Dua bulan hari raya itu tidak berkurang, yaitu Ramadhan dan Dzulhijjah.
(Hadis ini juga diriwayatkan oleh Al-Bukhari, no hadis 1912)

Bab 9: Makan sahur ketika hendak berpuasa
580. Diriwayatkan dari Anas r.a, ia berkata: Rasulullah SAW pernah bersabda, "Lakukanlah/makanlah sahur, karena di dalam sahur ada keberkahan."
(Hadis ini juga diriwayatkan oleh Al-Bukhari, no hadis 1923)

Bab 10: Mengakhirkan sahur
581. Diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit r.s, ia berkata: Kami pernah makan sahur bersama Rasulullah SAW, kemudian kami bersiap untuk melakukan salat. Aku tanyakan, "Berapa kira-kira waktu antara sahur dan salat (subuh)?" Jawabnya,"Kira-kira selama bacaan 50 ayat."
(Hadis ini juga diriwayatkan oleh Al-Bukhari, no hadis 1921)

Bab 11: Ciri fajar permulaan orang puasa dilarang makan
582. Diriwayatkan dari samurah bin Jundab r.a, ia berkata Rasulullah SAW. pernah bersabda,"Janganlah sahur kalian terkecoh oleh azan Bilal, juga oleh cerahnya ufuk yang membujur seperti demikian ini, kecuali setelah cerahnya ufuk tersebut membentang/melintang."
Hammad menuturkan dengan isyarat dua tangannya. Katanya, "Yang dimaksud adalah cerah di ufuk sudah membentang atau melintang."

Bab 12: Firman Allah "Makanlah dan minumlah sampai jelas bagimu antara benang putih dengan benang hitam" (QS. Al Baqarah:187)
583. Diriwayatkan dari Sahl bin Sa'ad r.s, ia berkata: Ketika ayat ini turun (yang artinya): "Makanlah dan minumlah sampai jelas bagimu antara benang putih dengan benang hitam" (QS. Al Baqarah:187), kata Sahl bin Sa'ad, Ada orang yang apabila hendak berpuasa maka dia ikatkan di kedua kakinya benag hitam dan benang putih, lalu dia masih makan dan minum sampai jelas baginya antara benang yang putih dengan benang yang hitam itu. Setelah itu Allah menurunkan ayat "...minal fajri" (..di waktu fajar), maka orang-orang mengerti bahwasanya yang dimaksud dengan benag hitam adalah malam, dan yang dimaksud benag putih adalah siang.
(Hadis ini juga diriwayatkan oleh Al-Bukhari, no hadis 1917)

Bab 13: Bilal azan di tengah malam, maka makanlah dan minumlah
584. Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar r.a, ia berkata: Rasulullah SAW mempunyai dua orang muazin yaitu Bilal dan Ibnu Ummi Maktum yang buta. Rasulullah SAW bersabda,"Sesungguhnya Bilal itu azan di tengah malam. Karena itu, makanlah dan minumlah sampai Ibnu Ummi Maktum azan." Kata Abdullah bin Umar,"Jarak antara keduanya hanyalah antara turunnya yang satu (bilal) dan naiknya yang lain (Ibnu Ummi Maktum).
(Hadis ini juga diriwayatkan oleh Al-Bukhari, no hadis 617)

Bab 14: Puasa orang yang junub ketika fajar
585. Diriwayatkan dari Aisyah dan Ummu Salamah r.a yang keduanya adalah isteri Rasulullah SAW. Keduanya mengatakan: Rasulullah SAW pernah junub pada saat subuh karena habis bersetubuh pada malam Ramadhan, bukan karena bermimpi, kemudian beliau berpuasa.
(Hadis ini juga diriwayatkan oleh Al-Bukhari, no hadis 1931)

586. Diriwayatkan dari Aisyah r.a bahwasanya seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW untuk meminta fatwa, sedangkan Aisyah r.a mendengarkannya dari balik pintu. Laki-laki itu bertanya, "Ya Rasulullah! Waktu salat (Subuh) telah tiba ketika aku sedang junub, apakah aku boleh berpuasa?" Maka Rasulullah SAW bersabda, "Aku juga pernah mengalami tibanya waktu salat (Subuh) ketika aku sedang junub, lalu aku berpuasa." Laki-laki itu bertanya lagi, "Tapi Anda kan tidak seperti kami, ya Rasulullah! Karena Allah telah mengampuni dosa Anda yang lalu dan yang akan datang?" Beliau menjawab,"Demi Allah! Sungguh aku berharap menjadi orang yang paling takut kepada Allah dan menjadi orang yang paling mengetahui cara-cara bertakwa."

Bab 15: Orang berpuasa yang makan/minum karena lupa
587. Diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a ia berkata: Rasulullah SAW pernah bersabda,"Barangsiapa lupa bahwa dia sedang berpuasa lalu dia makan atau minum, maka hendaklah dia lanjtkan puasanya, karena sesungguhnya dia diberi makan dan minum oleh Allah."
(Hadis ini juga diriwayatkan oleh Al-Bukhari, no hadis 1933)

Bab 16: Orang yang sedang berpuasa jika diajak/diundang untuk makan, katakanlah, "Aku sedang berpuasa."
588. Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi SAW, beliau bersabda: Apabila salah seorang dari kamu diajak/diundang makan, katakanlah, "Aku sedang berpuasa."

Bab 17: Kafarat orang yang bersetubuh di siang Ramadhan
589. Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, ia berkata: Seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW., lalu dia mengatakan, "Celaka aku ya Rasulullah!" Rasulullah SAW bertanya, "Apa yang membuatmu celaka?" Dia menjawab,"Aku menyetubuhi istriku di siang Ramadhan." Tanya Rasulullah SAW., "Mampukah kau memerdekakan seorang budak?" Dia menjawab, "Tidak." Rasulullah SAW. bertanya,"Mampukah kau berpuasa selama dua bulan berturut-turut?" Dia menjawab, "Tidak." Rasulullah SAW bertanya lagi,"Mampukah kau memberi makan 60 orang miskin?" Dia menjawab,"Tidak. "Kata Abu Hurairah: Orang itu lalu duduk, kemudian Nabi SAW. dibawakan (Oleh seseorang) satu kernajang kurma, kemudian beliau bersabda, "Sedekahkanlah ini!" Kata orang itu,"Kepada orang yang lebih miskin daripada kami? Agaknya disekitar sini tidak ada keluarga yang lebih membutuhkan kurma ini daripada saya." Maka Nabi SAW. tertawa sampai tampak gigi serinya, kemudian beliau bersabda, "Pergilah lalu berikan kurma ini untuk makanan keluargamu!"
(Hadis ini juga diriwayatkan oleh Al-Bukhari, no hadis 1936)

590. Diriwayatkan dari Aisyah r.a., ia berkata: Ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw., lalu dia mengatakan,"Celakalah aku." Rasulullah SAW bertanya," Mengapa?" Dia menjawab, "Aku menyetubuhi istriku di siang Ramadhan." Rasulullah SAW bersabda,"Bersedekahlah! Bersedekahlah!" Jawab orang itu,"Aku tidak mempunyai apa-apa". Kemudian beliau menyuruhnya duduk, lalu ada orang membawa dua keranjang berisi makanan, maka Rasulullah saw. memerintahkan orang tersebut agar menyedekahkannya.
(Hadis ini juga diriwayatkan oleh Al-Bukhari, no hadis 6822)

Bab 18: Mencium bagi orang yang berpuasa
591. Diriwayatkan dari Aisyah r.a., ia berkata: Rasulullah saw. pernah mencium ketika beliau sedang berpuasa, juga pernah bercumbu rayu ketika beliau sedang berpuasa, akan tetapi beliau adalah orang yang paling mampu mengendalikan nafsu seksualnya (sehingga tidak sampai terjadi persetubuhan).
(Hadis ini juga diriwayatkan oleh Al-Bukhari, no hadis 1927)

Bab 19: Apabila malam telah tiba dan matahari telah terbenam, maka berbukalah orang yang berpuasa
592. Diriwayatkan dari Abdullah bin Abu Aufa r.a, ia berkata: Kami pernah menyertai Rasulullah saw. dalam perjalanan di bulan Ramadhan. Ketika matahari telah terbenam beliau bersabda, "Hai Fulan! Turunlah lalu siapkan makanan kita!" Fulan menjawab,"Ya Rasulullah! Hari masih tampak siang." Sabda beliau, "Turunlah lalu siapkan makanan kita!" Kata Abdullah bin Aufa: Maka Fulan tersebut turun lalu menyiapkan makanan, kemudian ia menghidangkannya kepada Rasulullah saw., lalu beliau minum, kemudianbeliau bersabda sambil berisyarat dengan tangannya, "Apabila matahari telah terbenam di arah sana dan malam telah tiba dari arah sana, maka berbukalah orang yang berpuasa."
(Hadis ini juga diriwayatkan oleh Al-Bukhari, no hadis 1941)

Bab 20: Menyegerakan berbuka
593. Diriwayatkan dari Sahl bin Sa'ad r.a., bahwasanya Rasulullah saw. pernah bersabda: Orang-orang itu senantiasa berada dalam kebaikan selama menyegerakan berpuasa.
(Hadis ini juga diriwayatkan oleh Al-Bukhari, no hadis 1957)

594. Diriwayatkan dari Abu Athiyyah, ia berkata: Aku dan Masruq pernah masuk ke tempat Aisyah r.a., lalu Masruq berkata kepadanya, "Dua orang sahabat Nabi ini sama-sama menginginkan kebaikan, yang satu menyegerakan salat Maghrib dan berbuka, sedangkan yang lain mengakhirkan salat Magrib dan berbuka ?" Maka Aisyah bertanya, "Siapa yang menyegerakan salat Maghrib dan berbuka?" Kata Abu Athiyyah, "Kami menjawab, "Abdullah." Lalu Aisyah mengatakan, "Demikianlah yang biasa dilakukan oleh Rasulullah saw."



BERSAMBUNG...^-^


Photobucket - Video and Image Hosting

Sunday, October 09, 2005
Dosa Dosa Besar dan Tobat

Sumbangan artikel dari seorang Sister

Tulisan ini di ambil dari buku tulisan Permadi Alibasyah dengan judul:
Bahan Renungan Kalbu
Penghantar Pencerahan Jiwa


DOSA DOSA BESAR
Pada suatu hari ‘Amr bin’Ubaid berkunjung ke rumah Imam Shadiq as. Setelah mengucapkan salam dan duduk, ia membaca surat Al-Najm:32,
“(Yaitu) orang yang menjauhi kab’ir (dosa besar) dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil…..” lalu ia berhenti, Imam Shadiq bertanya, “Mengapa kamu berhenti? ‘Amr menjawab, “Aku ingin mengetahui apa yang disebut kaba’ir dalam kitabullah.”

Inilah jawaban dari Imam Sadiq mengenai kaba’ir (dosa besar):

Pertama, Sesungguhnya kaba’ir yang paling besar adalah syirik menyekutukan Allah, sebagaimana difirmankan Allah dalam surat Al-Maidah:72 berikut, “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka….: Setelah itu ,
Kedua yang terbesar adalah putus asa dari rahmat dan kasih Allah, seperti yang dimaksud dalam firmanNya pada surat Yusuf:87, “Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” Lalu yang
Ketiga adalah merasa aman dari azab Allah, sebagaimana firman Allah dari Al-A’raf. 99, “Tiadalah yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” Dan
Keempat, yang juga termasuk ke dalam dosa besar adalah durhaka kepada orang tua, karena Allah dalam surat Maryam:32 menyebutkan bahwa orang yang durhaka kepada orang tua sebagai jabbaran syaqiyya (suka memaksakan kehendak dan celaka).
Kelima, membunuh apa-apa yang diharamkan Allah kecuali dengan hak, dalam hal ini Allah berfirman pada surat An-Nisa 93, “ …maka balasannya ialah neraka jahanam,kekal ia di dalamnya…”
Keenam, menuduh berzina pada perempuan yang bersih, karena dalam surat An-Nur 23 disebutkan, “Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik lagi beriman (berbuat zina) mereka kena laknat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar.”
Ketujuh memakan harta anak yatim, yang mana hukumannya disebutkan dalamAn-Nisa:10, “….sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala.”
Kedelapan, lari dari medan pertempuran, sebagaimana yang dinyatakan Allah dalam surat Al-Anfal:16, “Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka jahanam, dan amat buruklah tempat kembalinya.”
Kesembilan, memakan riba, dalam Al-Baqarah:275, “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila.”
Kesepuluh, sihir, karena Allah telah menyatakan dalam Al-Baqarah:102 “:Demi sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (Kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat.” Kesebelas, berzina, karena firman Allah dalam surat Al-Furqan:68-69 mengatakan, “Barangsiapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), yakni akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan tehina.”
Kedua belas, sumpah palsu utnuk membela kedurhakaan, karena dalam surat Ali’Imran:77 Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang menukar janjinya (dengan) Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka tidak mendapat bagian pahala di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan mensucikan mereka, bagi mereka azab yang pedih.”
Ketiga belas, berkhianat dalam urusan harta (rampasan perang), sesuai yang dimaksud Allah dalam surat Al-Imran:161, “… barangsiapa yang berkhianat dalam urusan harta (rampasan perang) itu maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu.”
Keempat belas, tidak membayat zakat yang diwajibkan, karena Allah berfirman dalam At-Taubah:35, “Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahanam lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka lalu dikatakan kepada mereka: Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri. Maka rasakanlah sekarang akibat dari apa yang kamu simpan itu.”
Kelima belas, kesaksian palsu dan menyembunyikan kesaksian, sebagaimana yang dimaksud Allah dalam surat Al-Baqarah:283, “… dan barang siapa yang menyembunyikan kesaksian maka ia sesungguhnya adalah orang yang berdosa hatinya.”
Keenam belas, minum khamar, karena Allah melarangnya sama seperti Allah melarang penyembahan berhala (Al-Maida:90).
Ketujuh belas, meninggalkan shalat atau meninggalkan apa saja yang telah diwajibkan Allah dengan sengaja; karena Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa meninggalkan shalat dengan sengaja, maka ia sudah terlepas dari perlindungan Alah dan RasulNya.”
Kedelapan belas, memutuskan janji dan persaudaraan, dalam hal ini Allah akan menghukum mereka sesuai dengan firman-Nya pada surat At-Taubah:26, “Bagi mereka laknat dan tempat kembali yang seburuk-buruknya.”


TOBAT
Sesungguhnya setan berkata: Demi kemuliaan Engkau wahai Tuhan, aku senantiasa menyesatkan hamba-Mu selama roh mereka berada dalam tubuh mereka, maka Allah sw, berfirman:”Demi kemulian-Ku dan ketinggian-Ku, senantiasa Aku mengampuni bagi mereka selama mereka memohon ampun kepada-Ku.”
Riwayat Ahmad dan Abi Sa’id

“Hai anak cucu Adam! Jika kamu datang kepada-Ku dengan memikul dosa sepenuh bumi, lalu menghadap-Ku dengan tidak mempersekutukan Aku dengan yang lain, maka Aku menyongsongmu dengan pengampunan sepenuh bumi!”
HR Tirmidzi

Tobat itu wajib dari tiap dosa. Permohonan tobat harus dilakukan sungguh-sungguh, yaitu pertama harus menghentikan maksiat, kedua harus menyesal atas perbuatan yang telah terlanjur dilakukan dan ketiga berniat dengan sungguh-sungguh tidak akan mengulangi perbuatan itu kembali.
Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya.(Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik terus menerus kepadamu sampai kepada batas yang telah ditentukan Hud (11):3

Hai sekalian orang yang beriman tobatlah kamu dengan sungguh-sungguh.
At-Tahrim (66):8

Menurut Al Agharr bin Jasar Al Muzany ra Rasulullah saw. bersabda:

Hai sekalian manusia, bertobatlah kamu sekalian kepada Allah dan istigfarlah (minta ampun) kepada-Nya, maka sungguh aku bertobat istigfar tiap hari 100 kali.

(Cobalah Nanda renungkan, Muhammad Rasulullah saw saja yang telah dijanjikan surga untuknya, dalam satu hari satu malam mohon ampun tidak kurang dari 100 kali!)

Menurut Anas bin Malik r.a. Rasulullah saw bersabda:
Sesungguhnya Allah lebih suka menerima tobat seorang hamba-Nya melebihi dari kesenangan seseorang yang menemukan kembali dengan tiba-tiba untanya yang telah hilang di gurun pasir. Bukhari & Muslim

Dalam hadits lain diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda bahwa Allah swt. Telah berfirman, “Jerit tangis hamba-Ku yang memohon ampunan lebih nikmat terdengar, daripada segala tasbih yang diucapkannya.”

Memohon ampun (istigfar) harus disertai dengan rasa pengakuan dan penyesalan bahwa kita telah membangkang pada salah satu perintah Allah atau Rasulullah.
Perintah Allah dan Rasulullah itu antara lain: mendirikan shalat, berserah diri, sabar waktu ditimpa musibah atau sabar waktu diperlakukan zalim oleh orang, meninggalkan perbantahan sedangkan kita merasa benar, berlaku baik kepada orang, menolong orang yang sedang kesusahan, tidak iri hati/dengki, tidak takabur/ sombong, tidak riya atau pamer, membantu dalam pekerjaan keluarga, tidak menyakiti hati orang dan tidak memutuskan persaudaraan, menjauhkan diri dari sikap amarah, berlaku bijaksana waktu disakiti orang, selalu memohon ampun bila terlanjur melakukan pembangkangan, tidak bergunjing atau membicarakan aib orang, tidak berburuk sangka, tidak berlaku zalim (baik itu zalim tindakan, ucapan ataupun pikiran), selalu senyum, memaafkan orang yang menganiayai kita, selalu ingat Allah (diwaktu duduk, berjalan maupun berbaring), mendamaikan permusuhan, memuliakan tamu memenuhi undangan, menjenguk yang sakit, mengajak orang ke jalan Allah, memenuhi janji, berlaku baik terhadap tetangga, mengeluarkan zakat atau sedekah, tidak kikir, menjaga kebersihan, mendoakan orang tua, tidak durhaka kepada orang tua, berlaku lemah lembut kepada pembantu, mengantarkan jenazah, menuntut ilmu, mengamalkan ilmu, menyantuni anak yatim, bersyukur bila menerima nikmat-Nya, melaksanakan haji, tidak melakukan syirik, bekerja, dan lain-lain sebagainya.

Dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud ra, Rasulullah saw. bersabda:” Seseorang belum disebut bertobat dengan sebenar-benarnya tobat bila ia: tidak menambah ibadahnya; tidak menuntut ilmu; tidak mengganti temannya; tidak diampuni oleh orang yang dizaliminya; tidak mengubah pakaiannya; tidak melipat sprei dan permadaninya; tidak menyedekahkan kelebihan yang dimilikinya.”

Sayidina Ali bin Abi Thalib ra. Mengatakan bahwa tobat yang benar itu dicirikan oleh paling sedikitnya lima perilaku sebagai berikut:
1. Menyesali dosa-dosa yang telah lalu
2. Melebur diri dalam ketaatan ibadah, sebagaimana waktu ia melebur diri dalam kesesatan
3. Merasakan diri akan pahitnya bertaat, sebagaimana ia telah merasakan manisnya bermaksiat
4. Menangis menyesali diri sebagai ganti tertawanya
5. Mengembalikan hak-hak yang telah dizalimi

Sejalan dengan hal di atas, Al Qur’an dalam An-Nisaa’ (4):18 menegaskan tertolaknya tobat orang yang menjelang ajal:
Dan tidaklah tobat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan:”Sesungguhnya aku bertobat sekarang.”

“Siapa yang bertobat sebelum matahari terbit maka Allah menerima tobat dan memaafkannya. Sesungguhnya Allah membentangkan rahmat-Nya pada waktu malam, supaya bertobat orang yang telah melanggar pada siang hari, juga mengulurkan tangan kemurahan-Nya pada waktu siang, supaya bertobat orang yang berdosa pada waktu malam. Keadaan ini tetap terus hingga matahari terbit dari barat.”
Hadits riwayat Muslim

….dan yang memohon ampun di waktu sahur (mendekati subuh).
Ali-Imran (3):17

Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun.
Adz-Dzaariyaat(51):18

Sebuah gambaran mengenai luasnya ampunan Allah pada orang yang ingin bertobat itu disampaikan oleh Rasulullah saw. dalam bentuk ceritera sebagai berikut:
Pada zaman sebelum kalian, ada seorang lelaki yang sudah membunuh sembilan puluh sembilan orang. Kemudian dia bertanya, siapa orang yang paling alim pada zamannya itu. Lantas padanya disebutkan seorang rahib. Dia menemui rahib itu dan berkata bahwa dia telah membunuh sembilan puluh sembilan orang. “Apakah masih ada pintu tobat bagiku?”, tanyanya. Rahib itu menjawab: “Tak mungkin”. Lalu dibunuhnya sang rahib. Dan lengkaplah seratus orang mati korban kejahatannya. Kemudian dia menanyakan pula tentang orang yang paling alim di muka bumi. Maka diapun ditunjukkan pada seorang alim. Dikatakannya pada orang alim itu bahwa dia telah membunuh seratus orang. “Apa masih ada pintu tobat bagiku?” tanyanya. Orang alim itu menjawab:”Ya, ada. Siapa pula yang bisa merintangimu untuk bertobat.
Tinggalkan negerimu in dan pergilah ke negeri yang penduduknya gemar beribadat kepada Allah. Lantas beribadatlah kau bersama mereka. Jangan kembali lagi ke negerimu in karena ini buruk”. Maka pergilah dia mengikuti saran orang alim itu. Dalam perjalanan tiba-tiba maut merenggutnya. Malaikat Rahmat dan Malaikat ‘Adhab berselisih pendapat tentang orang itu. Malaikat Rahmat berkata: “Dia datang dalam keadaan tobat dan dengan sepenuh hati ke haribaan Allah Ta’ala:. Malaikat “Adhab menyahut.”Dia sama sekali tidak pernah melakukan amal kebaikan sampai akhir hayatnya”.
Kemudian datang seorang Malaikat yang menyamar sebagai anak Adam, dan kedua mereka mengangkatnya kedua mereka mengangkatnya sebagai juru penengah. Dan dia memutuskan: “Ukurlah jarak dia dengn kedua negeri itu. Dia akan menjadi milik negeri di mana dia berada lebih dekat”.
Lantas Allah mewahyukan pada negeri ma’siat agar menjauh, dan negeri tobat agar mendekat. Mereka mengukur jarak dia dengan kedua negeri itu. Dan ternyata dia sejengkal lebih dekat ke negeri tobat. Lantas diapun diampuni!

Kesimpulan:

Ucapkanlah istigfar dengan perasaaan menyesal setiap kali kita gagal dalam mentaati kehendak Allah dan Rasulullah (lupa berzikir, bergunjing, berprasangka buruk, terbawa emosi, bertengkar, berbohong, bertindak zalim, dan lain sebagainya).

Demikian pentingnya istigfar ini, sehingga Rasulullah saw. bersabda:
Barangsiapa selalu beristigfar, maka Allah menjadikan baginya kelapangan dari setiap kesusahan, jalan keluar dari setiap kesempitan dan memberinya rizki dari arah yang tidak terkirakan
Imam Abu Dawud & Ibn Majah


Photobucket - Video and Image Hosting

Saturday, October 08, 2005
Bergunjing / Ghibah

Sumbangan artikel dari seorang Sister

Tulisan ini di ambil dari buku tulisan Permadi Alibasyah dengan judul:
Bahan Renungan Kalbu
Penghantar Pencerahan Jiwa


Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari kesalahan orang lain dan janganlah kamu menggunjing sebagian yang lain. Al-Hujurat (49):12

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. Al-Hujurat (49):6

Bergunjing ataupun berprasangka buruk adalah salah satu ujian Allah di jalur hablum minannas. Hindarilah membaca ataupun mendengar segala macam gossip mengenai diri seseorang yang menjurus ke prasangka buruk dan sejenisnya. Karena hal ini dapat menggoda kita untuk menggunjingkannya.

(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggap suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah besar. An-Nuur (24):15

Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa beriman pada Allah dan hari akhirat, hendaknyalah berucap baik atau diam.”

Safin bin Abdullah-At thagafi mengisahkan:
Saya berkata:”Ya, Rasulullah, berilah saya bekal, akan saya jadikan ia penangkal”. Maka Rasulullah menjawab:”Katakanlah, Tuhanku Allah, dan tetaplah beristiqamah dengan pernyataanmu itu”. Aku berkata lagi : “Ya Rasulullah, apa yang paling baginda takutkan pada diri saya ini?”. Lantas beliau julurkan lidah sendiri berucap:”Ini!”.

Seorang Sufi yang bernama Ahmad Al_Athaki, berkata, berkata:”Jika kamu ingin memperbaiki hatimu, maka jagalah lidahmu!”

Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik yang ‘lengah’, lagi beriman (berbuat zina), mereka kena laknat di dunia dan akhirat dan bagi mereka azab yang besar. An-Nuur (24):23

Yang dimaksud dengan wanita-wanita yang ‘lengah’ ialah wanita-wanita yang tidak pernah sekali juga teringat oleh mereka akan melakukan perbuatan yang keji itu.

Rasulullah saw. Menegaskan pengertian bergunjing sebagai berikut:“Tahukah kalian apa ghibah itu?”. Mereka menjawab: “Hanya Allah dan Rasul-Nya jualah yang tahu”. Maka beliau bersabda, menjelaskan: “Memperbincangkan saudaramu tentang apa yang tak disukainya”. Lalu Tanya mereka pula: “Kalau yang diperbincangkan itu benar, ya, Rasulullah?”. Rasulullah menjawab: “Kalau yang diceritakan itu benar, maka engkau telah melakukan ghibah terhadap saudaramu itu. Kalau yang dibicarakan itu tidak benar, maka engkau telah melakukan kepalsuan terhadap saudaramu”.

Dalam suatu hadists yang diriwayatkan Imam Muslim, Rasulullah saw. Bersabda, “ Orang yang menutup ‘aib orang lain di dunia, niscaya Allah menutup ‘aibnya pula kelak di hari kiamat.”

Rasulullah saw ketika ditanya tentang kebanyakan hal-hal yang dapat memasukan manusia ke dalam neraka, beliaupun menjawab, “Mulut dan kemaluan!” (HR Tirmidzi)

Kita seringkali membicarakan perilaku jelek seseorang tanpa mengetahui alasan mengapa ia berbuat demikian. Padahal seharusnya manusia itu dinilai dari niatnya. Bisa saja seseorang mempunyai niat yang baik, tetapi karena kurangnya wawasan maka tindakannya terkesan tidak simpatik.

Rasulullah saw. Bersabda:
“Sesungguhnya segala amal itu ditinjau dari niatnya, dan setiap orang akan diganjar sesuai dengan apa yang diniatkan.”

Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, Penglihatan dan hati, semua itu akan diminta pertanggung jawabnya. Al-Israa’(17):36

Kesimpulan:
-Berita kejelekan orang lain bukanlah untuk disebar luaskan, tetapi ini adalah bahan untuk instrospeksi diri.
-Menggunjing wanita berbuat zina adalah perbuatan yang sangat keji, dilaknat Allah di dunia dan akhirat.

Ruginya bergunjing.

Diriwayatkan sebuah hadits dari Jabir bin Abdullah ra., bahwasanya Nabi saw. bersabda, “Hindarilah menggunjing, karena menggunjing itu lebih berat (siksaannya) dari berzina”. Para sahabat bertanya,” Ya Rasulullah, apa alasannya menggunjing itu lebih berat dari berzina?” Nabi saw. bersabda, “Sesungguhnya seorang lelaki yang telah berzina lalu dia mau berbuat tobat, maka Allah akan menerima tobatnya. Tetapi orang yang menggunjing, Allah tidak akan mengampuninya sebelum orang yang digunjingkannya itu mengampuninya.”

Diriwayatkan pula, ada seseorang yang besok di hari kiamat diberikan kepadanya buku catatan amalnya. Lalu dia tidak melihat di dalamnya catatan amal kebajikannya, maka dia berkata, “Ya Tuhanku, dimanakah amal shalatku, puasaku dan amal ketaatanku?” Maka dikatakan kepadanya, “Hilang seluruh amal kebaikanmu, lantaran kamu mempergunjingkan manusia.” Diberikan pula buku catatan amal seorang lelaki lainnya yang diterima dengan tangan kanannya. Lalu dia melihat amal-amal kebaikannya yang tidak pernah dilakukannya, maka diucapkan kepadanya: “Inilah catatan amal-amal kebaikan manusia yang telah mempergunjingkanmu, sedang kamu tidak menyadarinya.”

Sayidina Ali bin Abi Thalib r.a berkata, “Lidah itu laksana seekor binatang buas, bila dilepaskan pasti membunuh.”

Rasulullah saw. bersabda, “Menggunjing itu memang lezat rasanya di dunia, tetapi dapat mengantarkannya ke neraka di akhirat kelak”.
(Dikuti dari buku karangan Asy-Syaikh Abdul Majid al-‘Adawily yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul “Penawar Kegundahan Hati”. Halaman 114-115).


Bergunjing yang dibolehkan

Menurut “Al –Quran dan tafsirnya” keluaran Universitas Islam Indonesia (1991) Jilid IX halaman 439-440, bergunjing atau ghibah itu tidak diharamkan jika disertai dengan maksud-maksud yang baik (yang tidak bisa tercapai kecuali dengan ghibah itu). Ada 6 perkara di mana tidak diharamkan bergunjing, yaitu:
1. Dalam rangka kezaliman agar supaya dapat dibela oleh seorang yang mampu menghilangkan kezaliman itu.
2. Jika dijadikan bahan untuk merubah sesuatu kemungkaran dengan menyebut-nyebut kejelekan seseorang kepada penguasa yang (sebenarnya) mampu mengadakan tindakan perbaikan.
3. Di dalam mahkamah, seorang yang mengajukan perkara boleh melaporkan kepada mufti atau hakim bahwa ia telah dianiaya oleh seorang penguasa yang (sebenarnya) mampu mengadakan tindakan perbaikan.
4. Memberi peringatan kepada kaum Muslimin tentang suatu kejahatan atau bahaya yang mungkin akan mengenai seseorang; misalnya menuduh saksi-saksi tidak adil, atau memperingatkan seseorang yang akan melangsungkan pernikahan bahwa calon pengantinnya adalah seorang yang mempunyai cacat budi pekertinya, atau mempunyai penyakit yang menular.
5. Bila orang yang diumpat itu terang-terangan melakukan dosa di muka umum.
6. Mengenalkan seseorang dengan sebutan yang kurang baik, seperti a’war (orang yang matanya buta sebelah) jika tidak mungkin memperkenalkannya kecuali dengan nama itu.


Photobucket - Video and Image Hosting



 
   
 
Pengajian Assyifa December 19, 2001
Daisypath Ticker