Sunday, October 09, 2005
Dosa Dosa Besar dan Tobat

Sumbangan artikel dari seorang Sister

Tulisan ini di ambil dari buku tulisan Permadi Alibasyah dengan judul:
Bahan Renungan Kalbu
Penghantar Pencerahan Jiwa


DOSA DOSA BESAR
Pada suatu hari ‘Amr bin’Ubaid berkunjung ke rumah Imam Shadiq as. Setelah mengucapkan salam dan duduk, ia membaca surat Al-Najm:32,
“(Yaitu) orang yang menjauhi kab’ir (dosa besar) dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil…..” lalu ia berhenti, Imam Shadiq bertanya, “Mengapa kamu berhenti? ‘Amr menjawab, “Aku ingin mengetahui apa yang disebut kaba’ir dalam kitabullah.”

Inilah jawaban dari Imam Sadiq mengenai kaba’ir (dosa besar):

Pertama, Sesungguhnya kaba’ir yang paling besar adalah syirik menyekutukan Allah, sebagaimana difirmankan Allah dalam surat Al-Maidah:72 berikut, “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka….: Setelah itu ,
Kedua yang terbesar adalah putus asa dari rahmat dan kasih Allah, seperti yang dimaksud dalam firmanNya pada surat Yusuf:87, “Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” Lalu yang
Ketiga adalah merasa aman dari azab Allah, sebagaimana firman Allah dari Al-A’raf. 99, “Tiadalah yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” Dan
Keempat, yang juga termasuk ke dalam dosa besar adalah durhaka kepada orang tua, karena Allah dalam surat Maryam:32 menyebutkan bahwa orang yang durhaka kepada orang tua sebagai jabbaran syaqiyya (suka memaksakan kehendak dan celaka).
Kelima, membunuh apa-apa yang diharamkan Allah kecuali dengan hak, dalam hal ini Allah berfirman pada surat An-Nisa 93, “ …maka balasannya ialah neraka jahanam,kekal ia di dalamnya…”
Keenam, menuduh berzina pada perempuan yang bersih, karena dalam surat An-Nur 23 disebutkan, “Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik lagi beriman (berbuat zina) mereka kena laknat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar.”
Ketujuh memakan harta anak yatim, yang mana hukumannya disebutkan dalamAn-Nisa:10, “….sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala.”
Kedelapan, lari dari medan pertempuran, sebagaimana yang dinyatakan Allah dalam surat Al-Anfal:16, “Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka jahanam, dan amat buruklah tempat kembalinya.”
Kesembilan, memakan riba, dalam Al-Baqarah:275, “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila.”
Kesepuluh, sihir, karena Allah telah menyatakan dalam Al-Baqarah:102 “:Demi sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (Kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat.” Kesebelas, berzina, karena firman Allah dalam surat Al-Furqan:68-69 mengatakan, “Barangsiapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), yakni akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan tehina.”
Kedua belas, sumpah palsu utnuk membela kedurhakaan, karena dalam surat Ali’Imran:77 Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang menukar janjinya (dengan) Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka tidak mendapat bagian pahala di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan mensucikan mereka, bagi mereka azab yang pedih.”
Ketiga belas, berkhianat dalam urusan harta (rampasan perang), sesuai yang dimaksud Allah dalam surat Al-Imran:161, “… barangsiapa yang berkhianat dalam urusan harta (rampasan perang) itu maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu.”
Keempat belas, tidak membayat zakat yang diwajibkan, karena Allah berfirman dalam At-Taubah:35, “Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahanam lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka lalu dikatakan kepada mereka: Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri. Maka rasakanlah sekarang akibat dari apa yang kamu simpan itu.”
Kelima belas, kesaksian palsu dan menyembunyikan kesaksian, sebagaimana yang dimaksud Allah dalam surat Al-Baqarah:283, “… dan barang siapa yang menyembunyikan kesaksian maka ia sesungguhnya adalah orang yang berdosa hatinya.”
Keenam belas, minum khamar, karena Allah melarangnya sama seperti Allah melarang penyembahan berhala (Al-Maida:90).
Ketujuh belas, meninggalkan shalat atau meninggalkan apa saja yang telah diwajibkan Allah dengan sengaja; karena Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa meninggalkan shalat dengan sengaja, maka ia sudah terlepas dari perlindungan Alah dan RasulNya.”
Kedelapan belas, memutuskan janji dan persaudaraan, dalam hal ini Allah akan menghukum mereka sesuai dengan firman-Nya pada surat At-Taubah:26, “Bagi mereka laknat dan tempat kembali yang seburuk-buruknya.”


TOBAT
Sesungguhnya setan berkata: Demi kemuliaan Engkau wahai Tuhan, aku senantiasa menyesatkan hamba-Mu selama roh mereka berada dalam tubuh mereka, maka Allah sw, berfirman:”Demi kemulian-Ku dan ketinggian-Ku, senantiasa Aku mengampuni bagi mereka selama mereka memohon ampun kepada-Ku.”
Riwayat Ahmad dan Abi Sa’id

“Hai anak cucu Adam! Jika kamu datang kepada-Ku dengan memikul dosa sepenuh bumi, lalu menghadap-Ku dengan tidak mempersekutukan Aku dengan yang lain, maka Aku menyongsongmu dengan pengampunan sepenuh bumi!”
HR Tirmidzi

Tobat itu wajib dari tiap dosa. Permohonan tobat harus dilakukan sungguh-sungguh, yaitu pertama harus menghentikan maksiat, kedua harus menyesal atas perbuatan yang telah terlanjur dilakukan dan ketiga berniat dengan sungguh-sungguh tidak akan mengulangi perbuatan itu kembali.
Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya.(Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik terus menerus kepadamu sampai kepada batas yang telah ditentukan Hud (11):3

Hai sekalian orang yang beriman tobatlah kamu dengan sungguh-sungguh.
At-Tahrim (66):8

Menurut Al Agharr bin Jasar Al Muzany ra Rasulullah saw. bersabda:

Hai sekalian manusia, bertobatlah kamu sekalian kepada Allah dan istigfarlah (minta ampun) kepada-Nya, maka sungguh aku bertobat istigfar tiap hari 100 kali.

(Cobalah Nanda renungkan, Muhammad Rasulullah saw saja yang telah dijanjikan surga untuknya, dalam satu hari satu malam mohon ampun tidak kurang dari 100 kali!)

Menurut Anas bin Malik r.a. Rasulullah saw bersabda:
Sesungguhnya Allah lebih suka menerima tobat seorang hamba-Nya melebihi dari kesenangan seseorang yang menemukan kembali dengan tiba-tiba untanya yang telah hilang di gurun pasir. Bukhari & Muslim

Dalam hadits lain diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda bahwa Allah swt. Telah berfirman, “Jerit tangis hamba-Ku yang memohon ampunan lebih nikmat terdengar, daripada segala tasbih yang diucapkannya.”

Memohon ampun (istigfar) harus disertai dengan rasa pengakuan dan penyesalan bahwa kita telah membangkang pada salah satu perintah Allah atau Rasulullah.
Perintah Allah dan Rasulullah itu antara lain: mendirikan shalat, berserah diri, sabar waktu ditimpa musibah atau sabar waktu diperlakukan zalim oleh orang, meninggalkan perbantahan sedangkan kita merasa benar, berlaku baik kepada orang, menolong orang yang sedang kesusahan, tidak iri hati/dengki, tidak takabur/ sombong, tidak riya atau pamer, membantu dalam pekerjaan keluarga, tidak menyakiti hati orang dan tidak memutuskan persaudaraan, menjauhkan diri dari sikap amarah, berlaku bijaksana waktu disakiti orang, selalu memohon ampun bila terlanjur melakukan pembangkangan, tidak bergunjing atau membicarakan aib orang, tidak berburuk sangka, tidak berlaku zalim (baik itu zalim tindakan, ucapan ataupun pikiran), selalu senyum, memaafkan orang yang menganiayai kita, selalu ingat Allah (diwaktu duduk, berjalan maupun berbaring), mendamaikan permusuhan, memuliakan tamu memenuhi undangan, menjenguk yang sakit, mengajak orang ke jalan Allah, memenuhi janji, berlaku baik terhadap tetangga, mengeluarkan zakat atau sedekah, tidak kikir, menjaga kebersihan, mendoakan orang tua, tidak durhaka kepada orang tua, berlaku lemah lembut kepada pembantu, mengantarkan jenazah, menuntut ilmu, mengamalkan ilmu, menyantuni anak yatim, bersyukur bila menerima nikmat-Nya, melaksanakan haji, tidak melakukan syirik, bekerja, dan lain-lain sebagainya.

Dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud ra, Rasulullah saw. bersabda:” Seseorang belum disebut bertobat dengan sebenar-benarnya tobat bila ia: tidak menambah ibadahnya; tidak menuntut ilmu; tidak mengganti temannya; tidak diampuni oleh orang yang dizaliminya; tidak mengubah pakaiannya; tidak melipat sprei dan permadaninya; tidak menyedekahkan kelebihan yang dimilikinya.”

Sayidina Ali bin Abi Thalib ra. Mengatakan bahwa tobat yang benar itu dicirikan oleh paling sedikitnya lima perilaku sebagai berikut:
1. Menyesali dosa-dosa yang telah lalu
2. Melebur diri dalam ketaatan ibadah, sebagaimana waktu ia melebur diri dalam kesesatan
3. Merasakan diri akan pahitnya bertaat, sebagaimana ia telah merasakan manisnya bermaksiat
4. Menangis menyesali diri sebagai ganti tertawanya
5. Mengembalikan hak-hak yang telah dizalimi

Sejalan dengan hal di atas, Al Qur’an dalam An-Nisaa’ (4):18 menegaskan tertolaknya tobat orang yang menjelang ajal:
Dan tidaklah tobat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan:”Sesungguhnya aku bertobat sekarang.”

“Siapa yang bertobat sebelum matahari terbit maka Allah menerima tobat dan memaafkannya. Sesungguhnya Allah membentangkan rahmat-Nya pada waktu malam, supaya bertobat orang yang telah melanggar pada siang hari, juga mengulurkan tangan kemurahan-Nya pada waktu siang, supaya bertobat orang yang berdosa pada waktu malam. Keadaan ini tetap terus hingga matahari terbit dari barat.”
Hadits riwayat Muslim

….dan yang memohon ampun di waktu sahur (mendekati subuh).
Ali-Imran (3):17

Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun.
Adz-Dzaariyaat(51):18

Sebuah gambaran mengenai luasnya ampunan Allah pada orang yang ingin bertobat itu disampaikan oleh Rasulullah saw. dalam bentuk ceritera sebagai berikut:
Pada zaman sebelum kalian, ada seorang lelaki yang sudah membunuh sembilan puluh sembilan orang. Kemudian dia bertanya, siapa orang yang paling alim pada zamannya itu. Lantas padanya disebutkan seorang rahib. Dia menemui rahib itu dan berkata bahwa dia telah membunuh sembilan puluh sembilan orang. “Apakah masih ada pintu tobat bagiku?”, tanyanya. Rahib itu menjawab: “Tak mungkin”. Lalu dibunuhnya sang rahib. Dan lengkaplah seratus orang mati korban kejahatannya. Kemudian dia menanyakan pula tentang orang yang paling alim di muka bumi. Maka diapun ditunjukkan pada seorang alim. Dikatakannya pada orang alim itu bahwa dia telah membunuh seratus orang. “Apa masih ada pintu tobat bagiku?” tanyanya. Orang alim itu menjawab:”Ya, ada. Siapa pula yang bisa merintangimu untuk bertobat.
Tinggalkan negerimu in dan pergilah ke negeri yang penduduknya gemar beribadat kepada Allah. Lantas beribadatlah kau bersama mereka. Jangan kembali lagi ke negerimu in karena ini buruk”. Maka pergilah dia mengikuti saran orang alim itu. Dalam perjalanan tiba-tiba maut merenggutnya. Malaikat Rahmat dan Malaikat ‘Adhab berselisih pendapat tentang orang itu. Malaikat Rahmat berkata: “Dia datang dalam keadaan tobat dan dengan sepenuh hati ke haribaan Allah Ta’ala:. Malaikat “Adhab menyahut.”Dia sama sekali tidak pernah melakukan amal kebaikan sampai akhir hayatnya”.
Kemudian datang seorang Malaikat yang menyamar sebagai anak Adam, dan kedua mereka mengangkatnya kedua mereka mengangkatnya sebagai juru penengah. Dan dia memutuskan: “Ukurlah jarak dia dengn kedua negeri itu. Dia akan menjadi milik negeri di mana dia berada lebih dekat”.
Lantas Allah mewahyukan pada negeri ma’siat agar menjauh, dan negeri tobat agar mendekat. Mereka mengukur jarak dia dengan kedua negeri itu. Dan ternyata dia sejengkal lebih dekat ke negeri tobat. Lantas diapun diampuni!

Kesimpulan:

Ucapkanlah istigfar dengan perasaaan menyesal setiap kali kita gagal dalam mentaati kehendak Allah dan Rasulullah (lupa berzikir, bergunjing, berprasangka buruk, terbawa emosi, bertengkar, berbohong, bertindak zalim, dan lain sebagainya).

Demikian pentingnya istigfar ini, sehingga Rasulullah saw. bersabda:
Barangsiapa selalu beristigfar, maka Allah menjadikan baginya kelapangan dari setiap kesusahan, jalan keluar dari setiap kesempitan dan memberinya rizki dari arah yang tidak terkirakan
Imam Abu Dawud & Ibn Majah


Photobucket - Video and Image Hosting



 
   
 
Pengajian Assyifa December 19, 2001
Daisypath Ticker