Monday, January 27, 2003
Etika Berwirausaha

Posting oleh Tonny Soeharto

Hikam:
"Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa dan janganlah kamu tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksanya." (QS. Al-Maidah: 2)

Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah SWT suka kepada hamba yang berkarya dan terampil. Barang siapa bersusah payah mencari nafkah untuk keluarganya, maka dia serupa dengan seorang mujahid fisabilillah." (HR.Imam Ahmad)

Rasul Adalah seorang entrepreunership atau wirausahawan. Mulai usia 8 tahun 2 bulan sudah mulai menggembalakan kambing. Pada usia 12 tahun berdagang sebagai kafilah ke negeri Syiria dan pada usia 25 tahun Rasul menikahi Khadijah dengan mahar 20 ekor unta muda. Ini menunjukan bahwa Rasul merupakan seorang wirausahawan yang sukses.

Jiwa wirausaha harus benar-benar ditanamkan dari kecil, karena kalau tidak maka potensi apapun tidak bisa dibuat menjadi manfaat. Prinsip dari wirausahawan adalah memanfaatkan segala macam benda menjadi bermanfaat. Tidak ada kegagalan dalam berusaha, yang gagal yaitu yang tidak pernah mencoba berusaha.

Gagal merupakan informasi menuju sukses, keuntungan bukan hanya untung untuk diri sendiri tapi juga untuk orang lain. Kredibilitas diri kita adalah modal utama dalam berwira usaha, dengan menahan diri untuk tidak menikmati kebahagiaan orang lain sebagai keberuntungan kita. Jual beli bukan hanya transaksi uang dan barang, tapi jual beli harus dijadikan amal soleh yaitu dengan niat dan cara yang benar.

Uang yang tidak barokah tidak akan dapat memberi ketenangan, walau sebanyak apapun akan tetap kekurangan dan akan membuat kita hina. Berjualan dengan akhlak yang mulia, pembeli tidak hanya mendapat fasilitas dan tidak hanya mendapatkan barang tapi juga melihat kemuliaan akhlak seorang penjual.


Photobucket - Video and Image Hosting

Saturday, January 25, 2003
Ikhlas Dengan Ketentuan-Nya

Posting oleh Irfan Rosidi

Ada seorang hamba Allah, beliau rajin sholat malam dan bermunajat, berkhalwat dengan Al-Kholiq. Setiap malam dari kedua matanya yang memerah karena menangis, mengalir air yang membasahi janggutnya, beliau berbisik-bisik lirih memohon beberapa permintaan dan pengharapan. Dari waktu ke waktu, tahun ke tahun, hingga putih rambutnya tak kunjung jua permintaan beliau dikabulkan oleh Allah. Permintaannya
(diantaranya) adalah agar segera diangkat kemiskinan yang menjadi selimut kehidupannya selama ini, keluarganya sering sakit-sakitan, setiap hari ia keluar untuk berusaha memperoleh rizki Allah tapi tidak tampaklah dilapangkan rizqi itu untuknya.

Padahal dahulu, KETIKA IA MASIH BEKERJA MENJADI PETUGAS BEA CUKAI UANG DAN KESENANGAN ADALAH KAWAN AKRAB. Hingga suatu saat ia mendengarkan ceramah yang menjelaskan bahwa penyelewengan yang sering ia lakukan selama ini adalah Haram dan tidak membawa keberkahan, kelak penyelewengan ini akan berhadapan dengan hukum Allah yang tidak bisa dibantah lagi di akhirat. Bergetar hatinya, masuk hidayah Allah atasnya.

Sejak itu tidak pernah lagi ia melakukan perbuatan tersebut, semakin rajin ia melakukan sholatul Lail mengadukan nasibnya hanya kepada Allah, agar diberikan harta yang halal dan rizqi yang lapang dalam menghidupi hidup ini.

Namun berangsur-angsur seakan terkena kualat (karena meninggalkan perbuatan haram itu) PENGHASILANNYA SEMAKIN MENURUN, BELIAU SEKELUARGA SERING SAKIT DAN MENJADIKAN BADANNYA YANG SEHAT MENJADI KURUS, ANAK SATU-SATUNYA MENINGGAL SETELAH MENJALANI PERAWATAN SELAMA BEBERAPA MINGGU DIRUMAH SAKIT.

Sampai saat itu ia masih bersabar, tak pernah terucap dari mulutnya kata-kata keluhan dan makian atas apa yang menimpa hidupnya. Malahan menjadikannya semakin sering dan khusyu ia mendekatkan diri kepada Allah. Dan malang yang tidak kunjung padam terhadapnya, korupsi yang dahulu ia lakukan bertahun silam terungkap, maka ia dan beberapa orang rekannya terkena pemecatan dengan tidak hormat.
Subhanallah, semakin berat rasanya hidup ini baginya. Tambah satu kalimat panjang di malam harinya ia mengadu kehadapan Rabbnya, menangis dan perih rasa batinnya.
Setiap dalam sedihnya ia berdoa, selalu ada bisikan lirih di hatinya,
"Apa yang engkau harapkan itu dekat sekali, bila engkau bertaqwa!". Setiap mendengar bisikan itu, timbul semangatnya. Kini setelah ia dipecat, ia berdagang.
Baginya dagang yang tidak pernah untung, hutang yang semakin bertumpuk, musibah yang seakan tidak berujung _.. ahhhhh.

Setelah puluhan tahun kedepan sejak ia dekat dengan Allah setiap malamnya,tidak juga merobah hidupnya. Sejak puluhan tahun ia mendengar bisikan diatas, tidak juga tampak yang dijanjikanNya. Mulailah timbul pemikiran yang tidak baik dari syaithon. Hingga beliau berkesimpulan, tampaknya Allah tidak ridho terhadap doanya selama ini.
Maka pada malam harinya, ia berdoa kepada Allah : "WAHAI ALLAH YANG MENCIPTAKAN MALAM DAN SIANG, YANG DENGAN MUDAH MENCIPTAKAN DIRIMU YANG SEMPURNA INI. KARENA ENGKAU TIDAK MENGABULKAN PERMINTAANKU HINGGA SAAT INI, MULAI BESOK AKU TIDAK AKAN MEMINTA DAN SHOLAT LAGI KEPADAMU, AKU AKAN LEBIH RAJIN BERUSAHA AGAR TIDAKLAH HARUS BERALASAN BAHWA SEMUA TERGANTUNG DARIMU. MAAFKAN AKU SELAMA INI, AMPUNI AKU SELAMA INI MENGANGGAP BAHWA DIRIKU SUDAH DEKAT DENGANMU !"

Beliau tutup doa dengan perasaan berat yang semakin dalam dari awal ia berniat seperti itu ('mengkhatamkan' ibadah sholat lailnya). Beliau berbaring dengan pemikiran menerawang hingga ia tak mengetahui kapan ia tertidur.
Dalam tidurnya, ia bermimpi, mimpi yang membuatnya semakin merasa bersalah. Seakan ia melihat suatu padang luas bermandikan cahaya yang menakjubkan, dan puluhan ribu, atau mungkin jutaan makhluq cahaya duduk diatas betisnya sendiri dengan kepala tertunduk takut. Ketika beliau mencoba mengangkat wajahnya untuk melihat kepada siapa mereka bersimpuh, tidak mampu... kepalanya dan matanya tidak mampu memandang dengan menengadah.

Beliau hanya dapat melihat para makhluq yang duduk dihadapan Sesuatu Yang Dahsyat.
Terdengar olehnya suara pertanyaan, "BAGAIMANA HAMBAKU SI FULAN, HAI MALAIKATKU ?" nama yang tidak dikenalnya. Seorang berdiri dengan tubuh gemetar karena takut, dan bersuara dengan lirih, "Subhanaka yaa Maalikul Quddus, Engkau lebih tahu keadaan hambaMu itu. Dia mengatakan demikian :

"Wahai Allah yang menciptakan malam dan siang, yang dengan mudah menciptakan dirimu yang sempurna ini. Karena Engkau tidak mengabulkan permintaanku hingga saat ini, mulai besok aku tidak akan meminta dan sholat lagi kepadaMu, aku akan lebih rajin berusaha agar tidaklah terus beralasan bahwa semua tergantung dariMu. Maafkan aku selama ini, ampuni aku selama ini menganggap bahwa diriku sudah dekat denganMu !"

Ampuni dia yaa Al 'Aziiz, yaa Al Ghofuurur Rohiim!"

Tersentak beliau, itu..._u kata-kataku semalam_ ...celaka, pikirnya. Kemudian terdengar suara lagi : "Sayang sekali, padahal Aku sangat menyukainya, sangat mencintainya, dan Aku paling suka melihat wajahnya yang terpendam menangis, bersimpuh dengan menengadahkan tangannya yang gemetar kepadaKu, dengan bisikan-bisikan permohonannya kepadaKu, dengan pemintaan-permintaannya kepadaKu, sehingga tak ingin cepat-cepat. Kukabulkan apa yang hendak Aku berikan kepadanya agar lebih lama dan sering Aku memandang wajahnya, Aku percepat cintaKu padanya dengan Aku
bersihkan ia dari daging-daging haram badannya dengan sakit yang ringan.
Aku sangat menyukai keikhlasan hatinya disaat Aku ambil putranya, disaat
Kuberi ia cobaan tak pernah Ku dengar keluhan kesal dan menyesal di mulutnya. Aku rindu kepadanya... rindukah ia kepadaKu, hai malaikat-malaikatKu ?"

Suasana hening, tak ada jawaban. Menyesallah beliau atas pernyataannya semalam, ingin ia berteriak untuk menjawab dan minta ampun tapi suara tak terdengar, bising dalam hatinya karenanya. "Ini aku Yaa Robbi, ini aku. Ampuni aku yaa Robbi, maafkan kata-kataku !" semakin takut rasanya ketika tidak tampak mereka mendengar, mengalirlah air matanya terasa hangat di pipinya. Astaghfirullah !! Terbangun ia, mimpii...

Segeralah ia berwudhu, dan kembali bersujud dengan bertambah khusyu', kembali ia sholat dengan bertambah panjang dari biasanya, kembali ia bermunajat dan berbisik-bisik dengan Al-Kholiq dan berjanji tak akan lagi ia ulangi sikapnya malam tadi selama-lamanya. "...aa Allah, Yaa Robbi jangan engkau ungkit-ungkit kebodohanku yang
lalu, ini aku hambaMu yang tidak pintar berkata manis, datang dengan berlumuran dosa dan segunung masalah dan harapan, apapun dariMu asal Engkau tidak membenciku aku rela...aa Allah, aku rindu padaMu..._"

`````~~~````````
Semoga menambah keimanan dan ketekunan kita dalam mengerjakan sholat lail...amiin.

Sumber: Gang Al-Maghfiroh - Condet Balekambang, Jakarta Timur
-AA-~jihadsabiluna_
wassalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh,


Photobucket - Video and Image Hosting

Sunday, January 19, 2003
Yang Penuh Kerendahan

Posting oleh Irfan Rosidi

assalaamu'alaikum warahmatullaah wabarakaatuh

Adalah Dzul Tua tempat dimana saat itu seorang lelaki agung, duduk membungkuk diatas untanya hingga jeggot panjangnya hampir menyentuh punggung untanya mengenakan sorban hijau tua, ia menundukkan kepalanya penuh ketawadhu'an di hadapan Rabb-nya karena hari itu sebuah kemenangan besar diraihnya(al fath) 8 tahun setelah meninggalkan Makkah. Kini ia sudah bisa merebutnya kembali tanpa peperangan ..

Kemenangan yang dijanjikan itu telah tiba. Lelaki agung itu membaca surat AlFath berulang ulang dengan suara yang merdu. Kemudian ia berkata "Seandainya orang orang tidak berkerumun di sekitarku, niscaya aku akan membacanya berulang ulang"

Keberhasilan itu tak membuatnya mabuk kepayang tapi semakin menjadikannya bertambah dekat dengan Rabb nya tak ada gelak tawa tak ada khamr tak ada wanita tak ada tepukan
dadda yang ada hanyalah airmata kebahagiaan, puji syukur kehadirat Allahu Rabbil izzati.

"Hadza min fadli Rabbi" begitu seharusnya setiap orang beriman berkata jika ia mendapat suatu ni'mat dan keberuntungan ini semua adalah karunia Rabb kami dan atas izin Allah semata.

Bagaimana anda menyatakan kemenangan ? keberhasilan ? keberuntungan yang anda
dapat? apakah anda meloncat loncat kegirangan tanpa ingat ALlah ?
atau anda berjalan cepat menuju kawan kawan anda dan mengajaknya makan makan?
atau kemudian menepuk dada sambil berkata "siapa dulu ??"
atau apakah anda adalah mereka yang ketika mendapat sesuatu menyungkurkan dahinya diatas tanah dan mensyukurinya ? mengucapkan alhamdulillah menyampaikan terimakasih dan sellalu mengingat ni'mat pemberian Allah tersebut ?

Rasanya kita ingin jadi yang kedua dan memang begitulah seharusnya karena memang sepantasnyalah kita memberikan segala pujian itu kepada ALlah karena atas perkenannyalah kita bisa mendapatkan segalanya saat ini istri shalihah karir yang baik lingkungan yang menyenangkan anak-anak yang berbakti, lulus kuliah, menyelesaikan suatu maslah dll
Semuanya adalah atas rahmat ALlah tak sepatutnya kita membangggakan diri dan menepuk dada.

"Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri " (QS 57 23)

Sahabat, saya punya seorang kawan yang tak pernah mau diberi ucapan selamat, katanya
"Rasul tak pernah memberi ucapan selamat melainkan doa ia jarang mau dipuji ia selalu memantulkan pujian itu kepada yang memujinya dan mengembalikannya pada Allah" subhanallah ..

Bukan hanya ketika mendapat suatu kenikmatan ketika mendapat musibah tidak memperoleh yang kita inginkanpun seharusnya kita tidak terlalu bersedih kita tak sepatutnya putus asa terhadap apa apa yang luput dari kita karena bisa jadi ketika kita mendapatkannya justru kita tidak mampu mengembannya dan Allah Maha Tahu mana yang terbaik buat hambanya "Bisa jadi yang kamu anggap baik itu buruk bagimu, dan bisa jadi apa yang kamu anggap buruk itu, baik bagimu"

"Sungguh menakjubkan urusan kaum mu'minin itu, dan itu tidak terjadi kecuali hanya kepada orang mu'min, jika ia mendapatkan suatu kenikmatan, maka ia bersyukur, dan itu baik baginya, jika dia mendapat musibah, maka dia bersabar dan itupun baik baginya" (Al Hadits)

Mungkin sekarang saatnya kita raaji'(mengembalikan) segala sesuatunya kepada Allah semata karena kepasrahan dan ketergantungan total pada Allah adalah sumber kekuatan biar Allah yang melindungi anda, biar ALlah yang menolong anda, biar Allah yang menjaga anda tapi tentu saja anda harus terlebih dahulu menjaga segala sesuatu yang seharusnya dijaga.

-------
Anekdot..
"oee ..oeee.. oeee .."
"Sang ayah kebingungan melihat si kecil Shofa menangis", ia tak tahu mengapa sang umi tersenyum, diambilnya Shofa, dan disusuinya sang umi mengerti bahasa anaknya yang lemah.

"Eh, shofa kecil belum mandi yah" kata Wafa kakaknya.
"Eh .. Wafa dong yang belum mandi, Sofa udah cantik cantik begini kok", bela sang umi
Iyah .. sang bayi yang tidak tahu apa apa itu hanya bisa menangis dan terdiam. Sang umi lah yang menjaga dan membelanya ...

Bisakah anda jadi bayi dihadapan Allah? yang hanya meminta sesuai kebutuhan saja? yang menyerahkan segala sesuatu pada Allah ?

Mungkin inilah yang disebut fithrah, kembali seperti bayi, bukan bertingkah seperti bayi, tapi meniru sifat bayi hanya meminta sesuai kebutuhan, melepaskan semua keinginan dan pasrah total kepada perlindungan Allah semata ...

Allahu a'lam
wassalaamu'alaikum warahmatullaah wabarakaatuh
from the desk of Hilal


Photobucket - Video and Image Hosting

Thursday, January 09, 2003
Empat Ciri Ahli Syukur

Posting oleh Riris

Pengajian malam Jumat (6/3), K.H. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) tidak seperti biasa hadir langsung di mesjid Daarut Tauhiid, Bandung, melainkan Aa Gym berceramah di Jakarta melalui telekonference. Dalam kesempatan pengajian yang dihadiri tidak kurang dari tujuh ribu jamaah dalam suasana dingin hujan yang mengguyur Bandung malam itu, Aa mengangkat tema bahasan tentang empat ciri ahli syukur.
Pertama, sekecil apa pun nikmat akan disyukurinya;
Kedua, selalu memuji Alloh dalam setiap kesempatan;
Ketiga, selalu berterima kasih kepada orang yang menjadi jalan nikmat bagi dirinya; Keempat, memanfaatkan nikmat yang ada untuk mendekat kepada Allah.


Berikut ini uraian taushiah Aa Gym tersebut.

Orang yang paling beruntung dalam hidup ini bukan orang yang dilimpahi harta banyak, bukan pula yang dilimpahi pangkat dan gelar yang tinggi, melainkan dua cirinya:
1. Orang yang diberi nikmat ia bersyukur.
2. Orang yang ketika diberi ujian ia bersabar, karena kesabaran itulah yang membuat dirinya makin dekat dengan Allah.

Oleh karena itulah jika kita meminta kepada Allah harta, kedudukan, pangkat, jabatan, ini belum tentu menjadi kebaikan bagi kita. Bila tidak disertai dengan sikap bersyukur dan bersabar, maka ia akan menjadi fitnah. Misalnya, Bruce Lee seorang populer, terkenal, tapi berakhir hidupnya dengan bunuh diri. Orang yang berkedudukan tidak sedikit yang tercoreng-moreng terhina justru karena kedudukannya. Ada orang yang sengsara dengan keindahan rupanya. Orang yang berharta, banyak yang diliputi oleh kekhawatiran-kekhawatiran akan hartanya, sehingga bertambah kehinaannya karena keserakahannya.

Kalau kita hendak berdoa berharap kepada Alloh, sertakanlah kita menjadi orang yang banyak bersyukur. Karena setiap nikmat itu akan berubah menjadi nikmat atau laknat tergantung syukur kita.

"Dan jikalau engkau tidak bersyukur maka niscaya azab-Ku sangat pedih."

Saudaraku, kita tidak usah risau dengan nikmat yang belum ada, karena Alloh sudah menyiapkan semua nikmat itu untuk kita, namun risaulah dengan kita yang belum mensyukurinya.

Sering di antara kita lebih sibuk memikirkan nikmat yang belum ada dan belum sampai, padahal tidak akan tertukar Alloh menciptakan makhluk lengkap dengan rejekinya. Yang harus selalu kita waspadai adalah justru kita tidak mensyukurinya. Setiap nikmat kalau disyukuri akan menjadi pengundang nikmat yang lebih besar. Setiap nikmat kalau disyukuri akan membuka pintu nikmat yang lainnya. Oleh karena itu, kegigigihan kita sebagai ahli syukur inilah yang sebetulnya harus kita miliki, kalau kita ingin menikmati hidup ini. Ahli syukur, orang yang hatinya tidak merasa memiliki dan dimiliki, kecuali menyadari semua milik Alloh. Tidak ada nikmat sekecil apa pun kecuali dari Alloh. Tidak ada istilah kebetulan, melainkan semua nikmat diatur oleh Alloh dengan pas. Orang yang senantiasa bersyukur (ahli syukur) cirinya yang pertama, sekecil apa pun nikmat akan disyukurinya. Akibatnya kebahagiaannnya sampai ke hal-hal yang kecil. Beda dengan yang tidak tahu bersyukur, capai memikirkan nikmat yang belum ada. Akibatnya jangankan nikmat, yang ada saja tak ternikmati. Ahli syukur tidak pernah kehilangan kesempatan untuk menikmati bukan nikmatnya, tetapi syukurnya yang membuat ia nikmat.

Ciri kedua, selalu memuji Alloh dalam setiap kesempatan. Setiap kali dipuji tidak merasa itu miliknya. Semua yang membuat kita dipuji adalah karunia Alloh. Oleh karena itulah tidak layak kita menjadi orang yang menikmati pujian, sehingga kita membohongi diri sendiri. Sebaik-baik orang bersyukur, yang selalu berbahagia adalah yang ketika dipuji mengembalikan pujian itu kepada Alloh.

Ciri ketiga, selalu berterima kasih kepada orang yang menjadi jalan nikmat bagi dirinya. Semua nikmat ada jalur-jalurnya. Orang yang tahu bersyukur itu senang sekali untuk merenungkan kebaikan orang lain dan membalasnya. Dan orang-orang yang bersyukur inilah yang akan menikmati kehidupan.

Keempat, memanfaatkan nikmat yang ada untuk mendekat kepada Allah. Kening dipakai banyak bersujud. Mata dipakai melihat kebenaran, ilmu, Al Quran. Lidah dipakai banyak menyebut nama Alloh, berdoa, menasehati kebaikan dan kebenaran, harta dinafkahkan di jalan Alloh.

Alloh menjanjikan setiap nikmat yang disyukuri akan mengundang nikmat yang lainnya. Tidak usah rewel terhadap nikmat yang belum ada, karena nikmat yang belum ada bukan urusan kita. Urusan kita mensyukuri nikmat yang ada.

Nikmatnya ahli syukur ia akan hemat dari pikiran sia-sia, dari menyengsarakan dirinya, bahkan akan dimudahkan oleh Alloh untuk mendapatkan nikmat-nikmat yang belum terpikirkan oleh kita.


Photobucket - Video and Image Hosting



 
   
 
Pengajian Assyifa December 19, 2001
Daisypath Ticker